Jumat, April 19, 2024
BerandaBulelengKisah Ninik Luh Ayu, Pejuang "Dibalik Layar" Kemerdekaan RI di Buleleng

Kisah Ninik Luh Ayu, Pejuang “Dibalik Layar” Kemerdekaan RI di Buleleng

Singaraja, balipuspanews.com – Masyarakat Indonesia yang hidup di masa-masa Kemerdekaan ini, hanya mengenal nama-nama pahlawan atau pejuang yang berhasil membawa Indonesia terbebas dari penjajah yang bergerak di depan.

Nah, tak jarang pula banyak tak mengetahui jasa para pejuang yang membawa Indonesia merdeka, istilahnya mereka bergerak di “Balik Layar”.

Banyak pejuang yang mendapatkan anugerah sebagai Veteran, namun ada juga yang tidak dinobatkan sebagai veteran.

Memang, secara garis besar pejuang lazimnya dikenal merupakan orang yang berhadapan langsung atau sebagai inisiator penyerangan terhadap para penjajah.

Namun dibalik itu semua, tentunya ada peran penting yang bisa dianggap sebagai pejuang seperti tenaga medis yang membantu pengobatan para pejuang ataupun juru masak atau pembawa makanan yang berusaha menjadi penyedia makanan bagi para pejuang yang berperang.

Seperti dialami Luh Candra Asih atau akrab disapa Ninik Luh Ayu merupakan seorang tukang masak dan pembawa beras bagi para pejuang saat berperang.

Luh Ayu merupakan, satu dari sekian pejuang yang merasakan pahitnya masa-masa merebut kemerdekaan.

BACA :  Bupati Sanjaya Sampaikan Rekomendasi DPRD Tabanan Atas LKPJ TA 2023 Dalam Paripurna ke-2 Tahun Sidang 2024

Dengan nada pelan, lansia 94 tahun ini pun kemudian menceritakan masa peperangan saat dirinya masih menginjak usia muda.

Ninik Luh Ayu tinggal di Banjar Paketan, Kelurahan Paket Agung, Buleleng membawakan makanan ataupun beras bagi para pejuang yang bersembunyi dari incaran para penjajah.

Namun, tak banyak cerita-cerita yang dilontarkan oleh Ninik Luh Ayu saat ditemui lantaran ia harus mengingat-ingat memori saat peperangan melawan penjajah di Buleleng.

Dengan kondisi sudah berumur ditambah kondisi yang kerap bingung, Ninik Luh Ayu hanya mengingat memori, saat ia membawa makanan bagi para pejuang yang bersembunyi di bukit-bukit dengan penuh rintangan.

“Dulu saya membawa makanan untuk para pejuang ke daerah atas, itupun sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan serdadu penjajah,” ucap Luh Ayu, kepada wartawan di kediamannya.

Melalui putri kandungnya, Made Mertini yang juga Guru Agama di SMKN 3 Singaraja ia banyak bercerita tentang perjuangan para pejuang di Buleleng untuk merebut kemerdekaan.

“Ibu dulu kalau bawa makanan itu, harus disembunyikan di dalam kayu bakar, itu bolak balik mencari pejuang untuk memberikan makan. Saat balik, kayu bakar itu harus dibawa lagi, biar tidak ketahuan tentara penjajah,” ujar Mertini.

BACA :  Sekda Adi Arnawa Ngupasaksi Karya Ngenteg Linggih di Pura Sang Hyang Landu Gelagah Puwun, Desa Kekeran

Suka dan duka terus dialami Luh Ayu semasanya, untuk memberikan makan kepada para pejuang. Sukanya, dimana Luh Ayu mampu membantu para pejuang untuk memberikan tenaga melalui makanan. Sedangkan, dukanya jika ketahuan para penjajah, tentu ancaman berat bakal diterima. “Kalau jaman Belanda itu masih mending, tapi kalau jaman Jepang lebih keras, ibu yang mengalami langsung,” tutur Mertini.

Namun sayang, perjuangan berat Luh Ayu ini tidak mendapatkan penghargaan apapun, seperti pejuang-pejuang lain yang mendapatkan penghargaan sebagai veteran.

“Dulu memang ada pendataan, tapi tidak ada yang mengurus,” kata Mertini.

Dari pihak Kelurahan, kata dia, memang sempat nama Ninik Luh Ayu muncul untuk didaftarkan sebagai Veteran. Namun, hingga saat ini masih belum ada pendataan.

“Ya, sempat dulu sekitar tahun 1980-an itu, tapi memang tidak ada mengajukan lagi. Ya, mudah-mudahan nantinya ada,” pungkas Mertini.

RELATED ARTICLES

ADS

- Advertisment -
- Advertisment -
TS Poll - Loading poll ...

Most Popular