Jumat, April 19, 2024
BerandaDenpasarAkademisi Universitas Ngurah Rai Sebut Pilkada Serentak Dimasa Pandemi Corona Kurang Greget

Akademisi Universitas Ngurah Rai Sebut Pilkada Serentak Dimasa Pandemi Corona Kurang Greget

DENPASAR, balipuspanews.com – Ada yang menarik disampaikan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Ngurah Rai Bali, Dr. Gede Wirata mengenai Pilkada serentak yang dihelat 9 Desember mendatang.

Menurutnya, Pilkada yang berlangsung dimasa pandemi corona kurang greget karena masyarakat lebih fokus dalam menghadapi penanggulangan wabah corona.

Wirata kepada balipuspanews.com, Selasa (23/6/2020) menilai, ada tiga pandangan pemilu di tengah pandemi Covid-19, pertama pemilu saat pandemi masih menyebar akan menjadi kurang manarik atau kurang greget, perhatian masyarakat masih terfokus masalah ekonomi dan kesehatan.

Kedua, akan berpengaruh pada tingkat partisipasi, hal ini tentu mengarah pada angka golput makin meningkat.

Ketiga, sosialisasi perlu ditingkatkan dan menyasar pemilih pemula melalui sosial media yang lebih intens (sosmed) untuk menarik minat masyarakat khususnya pemula untuk datang ke TPS saat pemilu.

Kurang menarik atau tidak seheboh pemilu sebelumnya, pasalnya bagi kaum menengah ke bawah, saat pandemi ini dia sedang berjuang habis-habisan dalam memenuhi kehidupan sehari-hari.

Berbeda dengan ekonomi menengah ke atas. Ia memandang Pilkada serentak nanti bakalan tidak seheboh dengan pemilu-pemilu sebelum Covid-19.

BACA :  Kemenkumham Bali Kunjungi Kejaksaan Tinggi Bali Jalin Sinergitas Dalam Penegakan Hukum

Selain itu, dirinya melihat untuk biaya Pilkada sekarang bakalan lebih tinggi, mengingat Pilkada saat Pandemi akan ada cost atau biaya untuk pengadaan peralatan dalam menjalankan protokol kesehatan.

Namun Wirata berharap, penyelenggara pemilu mampu berperan dalam sosialisasi untuk menggaet pemilih pemula. Di mana dalam sosialisasi tersebut bisa dalam bentuk sosial media.

Seperti diketahui para pemilih pemula yang bisa dikatakan generasi milenial yang notabene sudah mengakses informasi melalui handphone atau HP.

Dalam situasi seperti sekarang, lanjut Wiratha, pihak penyelenggara mestinya mampu menyesuaikan sosialisasi yang bagaimana yang cocok digunakan agar hajatan lima tahunan ini bisa berjalan lancar.

Lantas bagaimana masalah waktu apakah tepat saat masih dalam situasi pandemi? Wirata meyakini bahwa keputusan yang diambil pemerintah pusat ini merupakan sudah memperhatikan secara matang. Disamping juga, kalau diundur, belum tahu kepastian kapan ini akan berakhir.

“Saya yakin pemerintah sebelum mengambil kebijakan pasti mempertimbangkan terlebih dahulu. Menurut saya Pemilu ini tetap dijalankan, namun tetap memperhatikan protokol kesehatan,” paparnya.

BACA :  OJK Nyatakan Sektor PVML Siap Hadapi Berakhirnya Kebijakan Stimulus Covid-19

Disamping itu, pelibatan Desa Adat juga dipandang penting dalam pelaksanaan Pilkada ini, di mana saat pengaturan agar tidak terjadi kerumunan atau bergerombolan ke TPS perlu diantisipasi oleh pihak berwenang, misalnya pecalang.

Penambahan waktu juga perlu dipertimbangkan oleh pihak penyelenggara, mengingat situasi seperti sekarang. Kalau dahulu pukul 13.00 sudah selesai, mungkin pemilu sekarang ada kelonggaran waktu lagi beberapa jam.

“Jangan menggunakan pola lama karena situasinya berbeda dengan sekarang, tentu ini bertujuan untuk mengurangi kerumunan,” imbuhnya.

Seperti diketahui adanya kebijakan terkait pengumpulan masa atau kampanye, yang kini ditiadakan, Wiratha menilai ini tentu hal yang baik, baik dari sisi cost atau biaya yang lebih minim dibandingkan dengan mengumpulkan massa. Tentu akan lebih efektif dengan menggunakan sosial media atau digitalisasi.

“Kalau sosialisasi dari calon pemimpin secara masif pasti akan dikenal oleh masyarakat. Namun yang tidak kalah penting visi dan misinya juga harus jelas, yang penting diketahui oleh masyarakat,” bebernya.

Terkait bagaiman pemimpin yang ideal saat ini, pihaknya menyebut pemimpin yang mampu mensejahterakan rakyatnya dalam situasi apapun, baik mencarikan solusi maupun pemikiran ataupun kebijakan yang dihasilkan yang prorakyat.

BACA :  Peringati May Day, Pemkot Denpasar Bersama Serikat Pekerja Akan Gelar Pentas Budaya

Dibalik kekacauan ekonomi di tengah pandemi ini, merupakan momentum untuk membenahi sektor pariwisata. Melihat Bali yang hanya mengandalkan atau bertumpu pada satu sektor yaitu sektor pariwisata.

PENULIS : Nengah Budiarta

EDITOR : Oka Suryawan

RELATED ARTICLES

ADS

- Advertisment -
- Advertisment -
TS Poll - Loading poll ...

Most Popular