DENPASAR, balipuspanews.com – Gencarnya penanganan narkoba melalui program Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) yang dilaksanakan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Bali menunjukkan hasil yang signifikan.
Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Penelitian Data dan Informasi saat ini prevelensi pengguna narkotika di Bali sekitar 15.000 mulai terjadi penurunan.
Hal itu disampaikan Kabid Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat (P2M) BNNP Bali, AKBP I Ketut Suandika dalam kegiatan workshop P4GN Dunia Usaha dan Lingkungan Swasta di Denpasar, pada Senin (6/6/2022).
Kegiatan workshop ini dihadiri Kasubag Bin Ops Ditresnarkoba Polda Bali, pihak pengelola tempat hiburan malam, perusahaan pengiriman jasa, wiraswasta hingga awak media massa.
Dalam arahannya, AKBP I Ketut Suandi mengatakan kegiatan workshop ini dilaksanakan untuk membangun jejaring dikalangan awak media massa, pengusaha tempat hiburan malam dan wiraswasta untuk bersama-sama menjaga generasi muda dari bahaya laten narkoba.
Menurutnya, untuk melawan narkotika tidak bisa hanya dilakukan oleh BNN dan Polri saja, tapi seluruh lapisan masyarakat. Terlebih diketahui bahaya narkotika ini salah satu kejahatan yang luar biasa dan penanganan juga sangat luar biasa.
Dari segala sisi narkotika, ungkap perwira melati dua dipundak ini sudah masuk ke sejumlah kalangan, baik dari segi tempat dan umur. Oleh sebab itu, BNN mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama memberantasnya.
“Pertama jaga diri kita dulu, untuk menjaga diri kita sendiri memerlukan kesadaran karena sudah sangat berbahaya. Kedua, kepedulian. Hadirnya bapak dan ibu disini sebagai wujud kepedulian bahaya narkotika ini,” bebernya.
“Ketiga, waspada. Kalau bapak dan ibu tidak sadar nanti dincar dan diprospek para bandar dan sindikat narkoba,” timpalnya lagi.
Diungkapkannya lebih lanjut, para bandara dan sindikat narkoba ini akan terus mencari celah membangun jaringannya, terlebih memprospek orang yang berpotensi mempengaruhi lingkungan.
“Misalnya ada perusahaan kalau pucuk pimpinanya terkena jaringan narkoba tempatnya itu bisa jadi markas peredaran gelap narkoba. Pernah ada tempat hiburan di Denpasar yang sampai ditutup itu karena ulah dari atas,” ungkap AKBP Suandi.
Oleh karena itu, AKBP Suandi mengajak masyarakat untuk ikut menjaga lingkungan dan diri sendiri, serta keluarga dari bahaya narkotika. Khususnya dari sisi pendekatan soft power, diperlukan peran serta masyarakat untuk memberikan informasi dan edukasi kemudian rehabilitasi (rehab).
“Silahkan datang ke BNN bagi keluarganya, tetangganya yang kebetulan terkena atau pernah terlibat penyalahgunaan narkoba untuk dirinya sendiri. Jadi, tidak ada proses hukum, tidak ada penahanan, tapi nanti akan direhabilitasi dan privasinya dijaga. Kalau mau tempat rehabilitasi di BNNP tidak dipungut biaya,” ujar AKBP Suandi.
Dia juga berharap agar kiranya dalam workshop ini mampu memberikan solusi dan saran. Bagaimana perusahaan bisa mendeteksi dini, melakukan tes urine terhadap karyawan secara mandiri, dan ikut membuat satuan tugas anti narkoba di perusahaannya.
“Ini merupakan amanat dari instruksi Presiden Nomor 2 tahun 2020. Jika rutin dilakukan, nanti tiap tahun akan di evaluasi perusahaan mana saja yang melakukan itu. Kalau dampaknya bagus nanti kita ajukan ke BNN pusat untuk mendapatkan sertifikat penghargaan,” bebernya.
Diungkap AKBP Suandika, setiap tahunya sertifikat penghargaan ini akan diberikan pada saat Hari Anti Narkotika Nasional yang jatuh pada 26 Juni 2022. BNNP Bali sendiri akan mengajukan calon penerima penghargaan ke BNN pusat untuk wilayah Bali.
“Mari kita sama-sama mengaungkan pemberantasan narkoba ini seperti yang dicanangkan Kepala BNN RI yakni War On Drug untuk menurunkan prevelensi narkotika di Bali,” bebernya.
Ditegaskannya bahwa pengguna narkotika di Bali yang ada sekitar 15.000 sudah terjadi penurunan banyak. Ini berdasarkan hasil suvei dari Pusat Penelitian Data dan Informasi.
“Menurunnya banyak, mudah mudahan tahun depan menurun lagi,” harapnya.
Diterangkannya, menurunnya prevelensi itu bukan dari hasil kerja BNN dan Polri tapi hasil dari kerja masyarakat Bali yang mulai peduli menjaga diri sendiri dan mulai membentuk ketahanan diri sehingga mampu menolak penyalahgunaan narkotika itu.
Kata AKBP Suandika, menurunnya angka tersebut khusus bagi pengguna-pengguna baru yang tidak banyak bermunculan.
“Jika yang dulu sampai 3 ribuan itu sudah mulai berkurang karena tidak ada pengguna baru. Angka angka yang lama itu mungkin sudah direhab, sudah pulih dia. Ada juga yang sudah dikuburan karena overdosis,” pungkasnya.
Penulis : Kontributor DenpasarÂ
Editor : Oka Suryawan