Sabtu, April 20, 2024
BerandaJembranaBulan Bahasa Untuk Lestarikan Bahasa Daerah

Bulan Bahasa Untuk Lestarikan Bahasa Daerah

NEGARA,balipuspanews.com- Perkembangan zaman dan tekonologi, juga berpengaruh terhadap kelestarian bahasa daerah.Bahkan sudah banyak bahasa daerah yang sudah punah tergerus perkembangan zaman.

Tidak mau bahasa Bali ikut punah tergerus perkembangan zaman, Pemkab Jembrana juga berupaya untuk meletarikan.

Upaya pelestarian bahasa daerah itu dilakukan oleh dinas Pariwisata dan Budaya (Parbud) Pemkab Jembrana dengan menggelar bulan bahasa mulai Selasa (11/2) di Gedung Kesenian Bung Karno.

Kepala Dinas Parbud Pemkab Jembrana I Nengah Alit mengaatakan, berbagai kegiatan akan mengisi bulan bahasa Bali ini seperti lomba Nyurat Alsara Bali, ngewacen Aksara Bali, nyatwa Bali.

“di akhir kegiatan akan digelar Drama Gong yang di panggung terbuka Pura Jagatnatha 14 Februari ini,” ujarnya.

Sementara itu Sekda Jembrana I Made Sudiada saat membuka bulan bahasa menyampaikan eksistensi bahasa daerah sebagai bahasa ibu terus terancam.

Dimana setiap tahun kurang lebih ada 11 bahasa daerah yang punah. Sementara 22 bahasa daerah lainnya terancam punah.

“Kita di Bali, sudah pasti tidak ingin bahasa Bali sebagai bahasa ibu itu hilang sebagai alat komunikasi.“ungkapnya.

BACA :  Putu Edit, Pembuat Jam Kayu di Desa Medewi, Jembrana

Lanjut Sudiada, sejak dalam kandungan ibu, manusa Bali (orang Bali) sudar dibekali dengan bahasa, sastra dan aksara suci. Tujuanya agar manusa Bali menjadi manusia yang suputra dan manusia yang sujana.

“Begitu juga ketika telah meninggal mereka dibekali dengan aksara suci yang dituliskan pada rurub kajang (selembar kain bertuliskan sastra suci oleh Ida Sulinggih) dengan harapan setelah meninggal Sang atma bisa mewali ke aksara OM, “ jelasnya.

Agar bahasa, aksara dan sastra Bali tetap ajeg dan lestari, Sudiada meminta  kaum melineal untuk tidak merasa malu berbahasa Bali.

”Pelestarian dan perlindungan bahasa, aksara dan sastra Bali sudah mampu kita upayakan utamanya kaum kolonial. Persoalan sekarang ini bagaimana kita untuk meningkatkan terhadap kecintaan basa, aksara dan sasyra bali kepada kaum melineal. Tidak ada alasan kaum melineal merasa kimud (malu) berbahasa Bali atau ada stigma basa Bali itu merasa desa alias tidak gaul,”terangnya.(nm/bpn/tim)

RELATED ARTICLES

ADS

- Advertisment -
- Advertisment -
TS Poll - Loading poll ...

Most Popular