Singaraja,balipuspanews.com – Pengkab PELTI Buleleng memprotes Surat Pengprov PELTI Bali nomor : 140/PELTI BALI/2017, tanggal 25 April 2017 yang baru diterima tanggal 3 Mei 2017 terkait batasan umur atlet tenis lapangan dalam ajang Porprov Bali XIII tahun 2017 di Gianyar. Dalam surat yang ditandatangani Ketua Umum PELTI Bali, I Ketut Rochineng,SH dan Sekretaris Umum, Ir. IGAN, Susrama Putra diputuskan bahwa peserta cabor Tenis Lapangan maximal berusia 18 tahun dan minimal sudah 14 tahun.
“Dari hasil rapat tanggal 3 Maret 2017 di Denpasar antara Pengprov PELTI Bali dengan Pengkab/Kota se-Bali minus Kabupaten Bangli telah memutuskan bahwa cabang olahraga Tenis Lapangan tidak ada batasan umur (umur bebas). Hal ini didasarkan atas hasil rapat koordinasi antara Pengprov PELTI Bali dengan PB. PELTI Pusat di Surabaya. Kami pertanyakan dasar putusan batasan umur secara sepihak ini,” tegas Ketua Pengkab PELTI Buleleng, Made Sumadnyana dalam keterangan persnya Kamis (4/5) kemarin di Sekretariat KONI Buleleng.
Turut mendampingi, Wakil Ketua KONI Buleleng, Ngurah Aswibawan dan Koordinator Bidang Etika dan Hukum KONI Buleleng, Putu Sugiardana,SH,MH. Hadir juga dua petenis andalan Buleleng :
Kadek agus Satria Winaya Putra alias Bombom (20 tahun) dan
Gede Falliyawan Eka Putra alias Fallet (20 tahun).
Kedua perwakilan atlet ini pun merasa syok dan kecewa dengan keputusan batasan umur itu.
” Terus terang saya dan teman-teman kecewa dan syok dengan batasan umur 14 s/d 18 tahun untuk Porprov Bali 2017,” ungkap Bombom yang turun laga pada PON XIX 2016 di Jabar. Ia hanya bisa berharap ada solusi terbaik dalam kasus yang baru pertama kali terjadi di tubuh PELTI Bali.
Sementara itu, Putu Sugiardana mencermati bahwa tidak ada acuan yang tertuang dalam ketentuan Pokok-Pokok Pelaksanaan PORPROV Bali XIII tahun 2017 terkait batasan umur.
Keputusan sepihak ini dinilai merugikan Buleleng yang sudah konsentrasi latihan sejak dua bulan lalu. Bahkan ada atlet yang seorang prajurit minta izin atasannya untuk konsentrasi latihan di Buleleng.
“Selain kerugian material dan waktu, dampak psikologis negatif bagi para pemain definitif yang berumur 18 tidak diperbolehkan bertanding. Sebagai olahragawan, kita tak terlalu menuntut kerugian material. Yang terpenting adalah kita ingin keputusan sepihak ini bisa diklarifikasi PELTI Bali,” tegas Sumadnyana. Tanggapan dari PELTI Bali secepatnya ingin didengarkan sehingga semuanya jelas dan menghindari kontroversi.
“KONI Buleleng akan mengantar PELTI Buleleng minta klarifikasi ke PELTI Bali sehingga cepat tuntas,” imbuh Ngurah Aswibawan.