BANGLI, balipuspanews.com – Tidak hanya akibat pandemi Covid-19, dipenghujung bulan Desember 2020 juga menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku ekonomi.
Pak Joko misalnya, pedagang es kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, yang menjajakan jualannya di sebelah utara Pasar Singamandawa, Kintamani.
Kepada balipuspanews.com, Kamis (24/12/2020) diungkapkan, penjualan es cendol dan dawet yang belum lama digelutinya ini mengalami penurunan yang cukup drastis akibat dampak dari cuaca hujan yang sering terjadi belakangan ini.
Ia pun hanya bisa pasrah dengan keadaan ini, lantaran ia tidak mempunyai lapak menetap untuk berjualan es.
“Kalau sudah hujan, ya saya cepat pulang. Mau gimana lagi saya berjualan menggunakan sepeda motor,” ujarnya.
Lantas berapa penurunan pendatapan Pak Joko dibanding hari-hari biasa?
Pria kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, 51 tahun silam ini mengatakan, sangat jauh menurun.
“Hari biasa saat pandemi pendapatan saya bisa sampai Rp. 300 ribu perhari, namun sekarang saat cuaca hujan penghasilan jauh menurun kadang dapat Rp. 100 ribu perhari,” kata Joko sembari mengeluh.
Ia menambahkan, di tengah penghasilan yang menurun, menjelang libur Natal dan tahun baru bahan baku untuk membuat es seperti, kelapa, tepung, dan gula juga turut meningkat.
Ditanya adakah peningkatan harga atau pengurangan porsi jual?
Pria empat orang anak ini menegaskan, tidak ada peningkatan harga atau pengurangan porsi dari es yang dijajakannya.
“Tidak ada, takut nanti pelanggan pada lari. Saat ini juga masih pandemi kalau apa-apa ditingkatkan, khawatir aja nanti jualan nggak laku,” sebutnya.
Untuk diketahui, Pak Joko,51, menjajakan dua macam es yakni, cendol, dan dawet. Semenjak musim hujan, ia mulai berjualan dari pukul 09.00 Wita dengan ciri khasnya nangkring di sebelah utara Pasar Singamandawa, Kintamani.
Untuk harga seporsi es cendol maupun dawet buatannya dibandrol seharga Rp. 5 ribu dengan rasa yang dijamin tidak mengecewakan.
PENULIS : Komang Rizki
EDITOR : Oka Suryawan