Di Era Makin Liberal Sulit Mencari Pemimpin yang Pancasilais

Diskusi Empat Pilar dengan tema 'Memaknai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara' di Media Center, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (7/6/2023). (Foto: balipuspanews.com)
Diskusi Empat Pilar dengan tema 'Memaknai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara' di Media Center, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (7/6/2023). (Foto: balipuspanews.com)

JAKARTA, balipuspanews.com – Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid mengungkapkan era reformasi yang diikuti dengan keterbukaan dan kebebasan telah menimbulkan dampak pada ideologi Pancasila yang seharusnya menjadi pedoman hidup bernegara.

Bahkan saat ini, menurut Jazilul menjadi sulit bagi banyak pihak termasuk dirinya untuk menentukan sosok pemimpin yang Pancasilais karena begitu kuatnya tren liberalisme dalam sendi-sendi kehidupan bernegara.

“Makanya kalau disebut carilah pemimpin yang Pancasilais. Itu ketawa semua pasti. Padahal itu sesuatu yang menurut saya penting. Itu menjadi dasar bagi seorang pemimpin yang punya moral Pancasila, yang mempunyai integritas Pancasila,” ucap Jazilul Fawaid dalam diskusi Empat Pilar dengan tema ‘Memaknai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara’ di Media Center, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (7/6/2023).

Baca Juga :  KWP Award 2023 Jadi Pelecut agar Legislator dan Penyelenggara Pemerintahan Menjadi Lebih Baik

Menurutnya, meski ada lembaga kompeten yang fokus mengurusinya seperti Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) tetapi tetap tidak mampu untuk memberi label sebuah lembaga atau seseorang disebut sebagai Pancasilais.

“Jadi Pancasila hari ini ya mau tidak mau harus dimaknai secara liberal. Dalam memahami Pancasila secara konservatif dianggapnya kurang update. Masih Orde Lama, karena hari ini maknanya liberal sekali.

Apapun sekarang menurut saya, sistem ekonomi, politik, apapun, kita memang suka hal-hal yang liberal. Sedang tren zaman keterbukaan yang salah satunya yaitu liberalisme,” ujarnya.

Wakil Ketua MPR RI lainnya, Syarief Hasan mengatakan sebagai ideologi dan filosofi negara, sudah seharusnya semua pihak harus menyikapinya meyakini dan percaya Pancasila mampu menjadi pedoman hidup bernegara sehingga bangsa Indonesia akan semakin besar ke depan.

Baca Juga :  Ketua DPD RI: Penguatan Kedaulatan Rakyat Harus Berdasarkan Pancasila

“Kalau bukan Pancasila, saya pikir kita ini sudah menjadi negara federal. Tetapi Alhamdulillah sampai sekarang kita masih tetap utuh menjadi negara Pancasila yang berpenduduk 275 juta rakyat Indonesia,” ujar politisi dari Partai Demokrat ini.

Oleh karena itu, ia berharap perbedaan apapun termasuk menjelang Pemilu 2024 ini, tidak boleh keluar dari nilai-nilai yang diajarkan dalam Pancasila.

“Kita harus meyakini bahwa pada dasarnya kita harus bersatu untuk membangun bangsa. Kalau tidak dilandasi dengan persatuan dan kesatuan yang didasarkan kepada Pancasila, maka sulit untuk kita menatap masa depan yang lebih bagus,” kata Syarief Hasan.

Dalam menyikapi Pemilu 202, ia menekankan perhelatan yang diselenggarakan setiap 5 tahunan ini sebenarnya alat menuju kesejahteraan untuk rakyat bersama.

Baca Juga :  Pimpin Upacara Perdana, Penjabat Bupati Gianyar Tekankan Penanganan Kemiskinan EkstrimĀ 

“Jadi menyikapi yang paling penting harus sadari bersama bahwa proses Pemilu 2024 itu adalah proses demokrasi yang harus kita dukung penuh, tetapi yang penting adalah kesejahteraan rakyat yang menjadi tujuan,” ujarnya.

Direktur Eksekutif Voxpol, Pangi Syarwi Chaniago mengungkapkan ideologi Pancasila yang sebenarnya sudah tepat dan baik, tetapi saat ini justru dicemari atau dijadikan alat politik oleh orang atau kelompok untuk menyerang lawan politiknya.

“Memang dipakai untuk lawan politik, untuk men-stempel bahwa ketika ada yang kritis, ada oposisi atau ada yang demonstrasi. Itu dianggap anti Pancasila,” ucap Pangi.

Penulis : Hardianto

Editor : Oka Suryawan