Kamis, Maret 28, 2024
BerandaOpini AndaDikotomi Antara Pariwisata dan Pertanian

Dikotomi Antara Pariwisata dan Pertanian

OPINI ANDA, balipuspanews.com – Sebagai praktisi dan akademisi yang sangat inten bergelut dengan dunia pariwisata, saya merasa tergelitik dengan wacana yang selalu berkembang seiring dengan terkaparnya industri pariwisata sebagai dampak Covid-19.  Saat ini memang industri pariwisata yang paling terdampak akibat gempuran virus corona yang telah meluluhlantakkan sektor pariwisata serta multiflier effect sampai ke sub-sektor pendukungnya.

Dunia pariwisata menangis dan meringis karena sektor ini mengandalkan situasi yang kondusive dan positive untuk melakukan plesir atau perjalanan ke destinasi pariwisata. Tidak terkecuali pariwisata di Indonesia termasuk Bali yang sangat menghandalkan PAD nya dari sektor Pariwisatanya hampir 76% dan masyarakatnya menggantungkan diri dari gemerincing Dollar yang dibelanjakan oleh wisatawan yang tahun 2019 berjumlah 6.5 juta wisatawan dan 10 Juta dari domestik market. Devisa yang disumbang oleh pariwisata kepada negara di tahun 2019 sebesar US$ 19.7 Milyar (Target US$ 20 Milyar) dan 40% devisa tersebut disumbang oleh Provinsi Bali.

Geliat pariwisata sebelum Covid-19 menerjang mampu tumbuh diatas 22% per tahun dan melampaui Pertumbuhan Asean dan Dunia yang hanya 6-7%. Pertumbuhan dan pembangunan Pariwisata Indonesia mampu menyediakan 13 Juta Lapangan Kerja. Semua itu bagaikan mimpi yang sirna ketika bangun pagi dan terhempaskan Oleh Covid-19.

Bali kehilangan sumber utama Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor tersier pariwisata. Badung Yang Sempat Menjadi Kabupaten Terkaya di Indonesia akibat Sumbangan PHR dari Sektor Pariwisata. Kini harus mengggigit Jari dan harus berinivasi mencari alternative lain untuk mengisi pundi- pundi PAD. Sebagai dampak ditutupnya Bandara Ngurah Rai Bali utk mengurangi penyebaran virus covid-19, Hampir 130,000 kamar hotel tutup dan karyawan dirumahkan atau dikasi cuti tanpa bayar, 6000 guide mengganggur, 400-500- an travel agent juga tutup. Restaurant, spa, toko oleh oleh, pasar seni, DTW dan kawasan wisata semua tutup, sopir transport menganggur, dan kegiatan marine sport semua terhenti. Hampir lebih dari 857,500 pekerja di sektor pariwisata terhenti kegiatannya dan dirumahkan. Ini merupakan situasi yang paling sulit yang pernah dialami Bali. Bali selalu tangguh dalam menghadapi perang Teluk, gempuran bom Bali, Sars Outbreak dan bencana Gunung Agung. Namun dengan Covid-19 Bali dan dunia tidak berkutik.

Kini sudah hampir 4 bulan kondisi terpuruknya pariwisata Bali dan kondisi belum nampak akan membaik mengingat kecepatan transmisi lokal semakin naik. Nafas dan daya bertahan pengusaha di sektor pariwisata sudah tidak mampu lagi bertahan melewati bulan ke 6. Hal Ini Diakibatkan oleh tidak adanya timeline kearah perbaikan sehingga semuanya penuh ketidak pastian. Kami hanya bisa berdoa dan berharap bahwa kami akan bisa bertahan atau kami akan mati saja sekalian.

Kami berharap bahwa pemerintah hadir untuk membantu kami untuk bisa bertahan lebih lama melalui suntikan dana billout atau soft loan, agar nafas kami bisa sampai Desember 2020. Sebab kami yakin bahwa pariwisata Bali akan bangkit. Rencana recovery yang sudah disiapkan oleh Pemerintah Provinsi Bali akan mampu menggeliatkan Sektor Pariwisata lebih cepat dari rencana semula, sebab negara bagian Eropa sudah membuka pintu mereka untuk berwisata dan tentu juga akan berimbas positif kepada kunjungan ke Bali.

Pemerintah Pusat sudah mengingatkan bahwa kita harus bisa hidup
berdampingan dengan Covid-19 dan oeh karenanya, industri pariwisata harus bangkit bergerak untuk menyongsong masa depan yang lebih gemilang. Menko Kemaritiman sudah memberi signal positif bahwa Indonesia akan membuka travel bubble dengan 4 negara yaitu: Australia, China, Korea dan Jepang. Kita berharap langkah positif ini akan memberi harapan menggeliatnya kembali pariwisata Indonesia.

Kunjungan Kemenparekraf Ke Bali dalam rangka meninjau kesiapan destinasi Bali dalam menghadapi New Normal diharapkan juga sebagai sinyal positif bahwa keran pariwisata Bali akan segera dibuka. Walaupun Gubernur Koster menegaskan bahwa pariwisata Bali akan dibuka secara bertahap untuk menghindari gelombang kedua (second wave). Masyarakat Bali harus berdisiplin dengan protokol Covid-19, yaitu mencuci tangan dengan sabun, memakai hand sanitizer, selalu memakai masker, menjaga jarak di kerumunan (Physical Distancing) dan menerapkan pola hidup sehat. Sehingga outbreak Covid-19 bisa dihentikan.

Pemerintah Kabupaten Badung sudah mengantisipasi untuk memastikan kesiapan dibukanya kembali pariwisata Bali, dengan dibuatnya surat edaran Bupati Badung dan dibentukanya tim verifikasi Kabupaten Badung yang bertugas untuk memverifikasi kesiapan industri pariwisata di Badung dengan SOP dan protokol Covid-19, yaitu dengan strategi 5 pillar:

  • Contactless yaitu mengurangi kontak langsung dengan tamu.
  • Cleanliness yaitu memastikan protocol hygiene dan sanitasi di semua fasilitas yang digunakan wisatawan.
  • Health yaitu memastikan imunitas tubuh dan suhu selalu sehat melalui pola hidup sehat dan berolah- raga.
  • Safety, selalu menjaga jarak aman minimal 1 meter (Physical Distancing)
  • Extra Mile yaitu melakukan segala upaya atau extra effort untuk memastikan kenyamanan dan keamanan tamu selama di destinasi.

Pemerintah Kabupaten Badung sudah siap dalam menjalani protokol New Normal. Dengan bangkitnya kembali pariwisata maka kami yakin bahwa pilihan itu tidak salah. Kami yakin bahwa pariwisata satu- satunya industri yang akan mampu Bali dan Indonesia ke puncak kejayaan, karena pariwisata telah membuktikan satu- satunya industri yang memiliki competitive advantage dan comparative advantage.

Lalu apa kaitannya dengan pertanian?

Pertanian sebagai hulunya pariwisata budaya Bali, wajib dijaga kelestariannya dan keberlangsungannya dalam mendukung sektor pariwisata. Namun pertanian sebagai sektor primer harus mampu meningkatkan kualitasnya agar mampu menjaga ketahanan pangan untuk masyarakat Bali dan tentunya sektor pariwisata. Sinergitas antara pertanian dan pariwisata akan menguatkan positioning Bali Kedepan. Melalui sustainable tourism development (STD) pariwisata akan mampu bersinergi dengan sektor pertanian. Bali Harus dibangun dengan konsep STD yang memberi manfaat dari aspek ekonomi, aspek sosial budaya dan aspek lingkungan yang sering kita sebut Tripple Bottom Line. Semoga kebangkitan pariwisata Bali akan mampu memberi kesejahteraan bagi masyarakat Bali dan berkontribusi kembali kepada pemerintah. Sehingga tidak ada lagi dikotomi antara pariwisata dan pertanian dan menyalahkan pariwisata sebagai pilihan hidup masyarakat Bali.

Penulis : General Manager H Sovereign Bali. Dr (Cand) I Made Ramia Adnyana, SE, MM, CHA

RELATED ARTICLES

ADS

- Advertisment -
- Advertisment -

Most Popular