
BULELENG, balipuspanews.com – Rumah Sakit (RS) di Kabupaten Buleleng serta di Kabupaten Jembrana ternyata menjadi sorotan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. Sebab rumah sakit yang ada di dua kabupaten ini dinilai masih tertinggal lantaran belum mampu melakukan program intervensi non-bedah coiling terhadap pasien stroke.
Menyikapi pernyataan dari Menkes Direktur RSUD Buleleng dr Putu Arya Nugraha pun menyampaikan bahwasanya RSUD Buleleng sudah memiliki dokter saraf. Namun khusus untuk dokter jantung saat ini masih tengah menjalani pendidikan lanjutan.
Sehingga melalui pertimbangan tersebut Kementerian Kesehatan melalui dana alokasi khusus (DAK) RSUD akan memberikan bantuan berupa peralatan medis catch lab.
Selama ini, dr Arya mengakui RSUD Buleleng belum memiliki catch lab karena pembelian alat kesehatan ini tidak ditanggung dari anggaran Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) ataupun APBD Pemerintah Kabupaten Buleleng. dr Arya menerangkan catch lab dapat digunakan untuk menunjang program intervensi non-bedah coiling terhadap pasien stroke, bahkan alat medis ini bisa dipakai mengobati pasien penyakit jantung.
“Kemenkes mau memberikan DAK yang bisa digunakan untuk membeli catch lab. Karena RSUD telah memiliki dokter spesialis saraf ditambah lagi sejak awal kami memiliki visi untuk bisa menerapkan cath lab, rupanya ini dikabulkan oleh pusat, untuk bisa merealisasikan hal ini,” jelasnya, saat ditemui Kamis (29/12/2022).
Kemudian dirinya menegaskan belum mampunyai RSUD dikarenakan ada sejumlah sumber daya yang belum terpenuhi. Sumber daya itu berupa tenaga ahli, alat penunjang, dan harga mahal sehingga alat tersebut tidak bisa dibeli melalu BLUD atau APBD.
“Sambil menunggu direalisasikan alatnya kita memberikan izin staf untuk mengikuti pendidikan sebagai langkah kita untuk menjawab secara perlahan tantangan dari Menkes,” ungkapnya.
Sekedar diketahui Kementerian Kesehatan menargetkan 514 rumah sakit di Indonesia bisa melakukan intervensi non bedah seperti coiling pada tahun 2024. RS Pusat Otak Nasional Prof Dr dr Mahar Mardjono Jakarta (PON) diminta memastikan bahwa ratusan rumah sakit tersebut bisa melakukan bedah otak terbuka dan coiling.
PON sendiri telah ditunjuk menjadi koordinator dalam melakukan transformasi bidang pelayanan kesehatan, khususnya stroke dan otak. Sehingga PON bertugas mengampu RS agar dapat segera meluncurkan program operasi bedah otak terbuka dan intervensi non bedah seperti coiling setiap bulan.
Penulis : Nyoman Darma
Editor : Oka Suryawan