BULELENG, balipuspanews.com – Ketut Cana pria asal Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, Buleleng berhasil memanfaatkan limbah sampah plastik menjadi sebuah inovasi bernilai ekonomis sekaligus menyabet Juara I Nasional dalam Lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) Nusantara XXIV 2023.
Inovasi yang diciptakannya dan berhasil menyabet juara dilomba yang diselenggarakan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi RI yakni mengolah plastik tidak berguna menjadi filamen printer 3D, yang nantinya diterapkan dalam beragam produk lalu diberi nama “TrashKleng”.
Ketut Cana menceritakan nama TrashKleng mencerminkan esensi dari proyek yang dibuatnya dengan filosofi ‘Trash’ mengacu pada sampah dalam Bahasa Inggris, ‘Kleng’ — sebuah kata dalam dialek Keling — berarti ‘mengembalikan ke posisi semula’.
Selain itu Inovasinya ini bukan hanya unik, tapi juga bisa menjadi salah satu solusi konkret dalam mengatasi masalah sampah plastik yang kian menggunung khususnya di Kabupaten Buleleng.
Pria jebolan dari SMKN 3 Singaraja tersebut mengaku sempat mengalami berbagai tantangan dalam menjalankan ide inovatifnya. Apalagi tidak banyak yang tau jika filamen untuk printer 3D bukanlah hal yang murah.
Namun, dengan tekad dan kreativitas yang dimiliki dirinya akhirnya bisa menciptakan mesin dengan biaya hanya sebesar Rp 2 juta yang dapat mengonversi sampah plastik menjadi filamen berkualitas tinggi.
Dirinya coba manfaatkan berbagai barang bekas untuk membuat inovasinya seperti salah satunya pemanas dari heater block telur, komponen power supply dari komputer lama, hingga gear box dari printer 3D bekas.
Cana menuturkan sebotol plastik jenis Polyethylene Terephthalate (PET) dapat dikonversi menjadi 11 meter bahan dasar filamen 3D sehingga Ia bisa mengedepankan aspek berkelanjutan.
“Saya menggali wawasan dari teknologi Rusia terkait pengolahan limbah plastik. Meski mereka memiliki teknologi mutakhir, harganya tak sesuai dengan pasar kita. Maka dari itu, saya menciptakan solusi yang lebih terjangkau namun tetap optimal,” ungkap Cana.
Visi Cana tidak berhenti di sini. Dengan TrashKleng, dia melihat peluang dalam pembuatan prostetik, seperti tangan buatan yang dapat bergerak. Dengan integrasi teknologi deteksi kerusakan otot, harapannya produk tersebut dapat membantu lebih banyak individu.
Lebih dari itu, Cana saat ini juga tengah mengeksplor pembuatan mesin extruder plastik skala besar dari bahan High Density Polyethylene (HDPE). Dengan semangat berbagi, Cana berkeinginan agar TrashKleng dapat terus tumbuh dengan dukungan pemerintah daerah dan masyarakat.
“Bagi saya, berbagi ilmu dan teknologi adalah bentuk dedikasi bagi masyarakat. Jika ada yang terinspirasi dan ingin mengembangkan lebih jauh, itu adalah suatu kehormatan,” tutur nya dengan wajah dipenuhi senyum semangat.
Disinggung mengenai perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), Ia menegaskan bahwa telah mengurus segala aspek terkait. Namun, dia tetap membuka diri bagi publik untuk bersama-sama belajar mengenai teknologi berbasis mikrokontroler ini.
“Saya sebenarnya ingin konsep ini open source. Namun, demi keberlangsungan di masa depan, saya memutuskan untuk mendaftarkannya,” pungkasnya.
Penulis : Nyoman DarmaÂ
Editor : Oka SuryawanÂ