Sabtu, April 20, 2024
BerandaDenpasarEra Koster-Ace, Dewan Bali Dorong Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan 

Era Koster-Ace, Dewan Bali Dorong Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan 

Denpasar, balipuspanews.com – Anggota Komisi I DPRD Bali Nyoman  Tirtawan memuji ide-ide terobosan gubernur Bali Wayan Koster, sebagaimana tang disampaikannya di hadapan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi Bali, Senin (10/9). “Ide-ide terobosan gubernur baru, Pak Koster, kepada OPD itu luar biasa,” kata Tirtawan di Denpasar, Rabu (12/9).

Politikus partai NasDem asal Buleleng ini secara khusus mendukung rencana Koster mewujudkan kemandirian energi listrik di Bali, sebagaimana disampaikan juga oleh Koster saat menyampaikan visi misinya pada Rapat Paripurna Istimewa DPRD Bali, Sabtu (8/9).

Menurut Tirtawan, Koster yang  mencita-citakan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang bisa memenuhi kebutuhan Bali menyeluruh, melepas ketergantungan pada PLTU Paiton, Jawa Timur, itu harus didukung penuh.

Apalagi Koster mendorong realisasi pembangunan Pembangkit tenaga listrik di Celukan Bawang, namun tidak dengan menggunakan bahan bakar batubara. “Kita dukung sumber energi listrik yang ramah lingkungan, green energy,” ujar Tirtawan.

Hanya saja, soal sumber energi listrik ramah lingkungan, Tirtawan berbeda dengan Koster. Jika Koster menetapkan harga mati agar bahan bakar pembangkit listrik Celukan Bawang menggunakan gas, Tirtawan mendorong untuk menggunakan sampah sebagai sumber energi listriknya.

“Di banyak negara maju di Eropa, seperti Jerman dan lainnya, sudah menggunakan sampah sebagai sumber energi listrik. Saya mendorong pak Koster untuk memperjuangkan agar pembangkit listrik Celukan Bawang bisa menggunakan teknologi yang bisa mengolah sampah menjadi energi listrik,” kata Tirtawan.

BACA :  Dharma Santi Nyepi, Pj Gubernur Ajak Masyarakat Mayasa Kerthi

Wakil rakyat yang dikenal vokal ini mengatakan, ada banyak manfaat yang diperoleh dengan memanfaatkan sampah sebagai sumber energi listrik. Selain sumber energi listrik Celukan Bawang ramah lingkungan, masalah sampah di Bali juga dengan sendirinya teratasi. Sampah-sampah yang ada tersebut bisa dibawa ke Celukan Bawang untuk diolah menjadi sumber energi listrik.

“Sampah-sampah yang ada tidak menumpuk lama di tempat pembuangan sampah, semuanya dibawa ke Celukan Bawang. Bali jadi bisa bebas dari masalah sampah,” jelasnya.

Ia menambahkan, sampah-sampah itu juga bisa bernilai ekonomis.

“Pemprov Bali bisa menjual sampah tersebut ke perusahaan pembangkit listrik di Celukan Bawang itu. Jadi masalah sampah bisa diatasi, uang juga dapat. Tinggal nanti disiapkan Container dan diangkut dengan kapal laut ke Celukan Bawang,” kata Tirtawan.

Ia melanjutkan, dengan menggunakan sampah sebagai sumber energi listrik, maka akan terwujud Bali Green dan Clean. “Sumber energi listrik ramah lingkungan dengan menggunakan sampah. Masalah sampah juga teratasi. Kita bisa mewujudkan Bali Green and Clean,” ujarnya.

BACA :  Tingkatkan Optimalisasi Peran Organisasi Bagi Masyarakat, DWP Denpasar Kaji Tiru ke Yogyakarta 

Tirtawan mengaku pernah menyampaikan ide ini kepada gubernur Bali Made Mangku Pastika beberapa bulan sebelum masa jabatannya berakhir pada 29 Agustus lalu. Usulannya pun tak bisa ditindaklanjuti Pastika karena masa jabatannya berakhir. Kini ia mengharapkan Koster untuk menindaklanjutinya dengan meminta investor yang membangun pembangkit listrik Celukan Bawang untuk menggunakan sampah sebagai sumber energinya.

“Ini bisa diwujudkan. Teknologi mengolah sampah menjadi energi listrik itu sudah ada. Sumber sampah di Bali itu cukup. Saya harap, gubernur baru (Koster) bisa memperjuangkan ini. Negara-negara di eropa sudah menerapkan teknologi itu,” pungkas Tirtawan.

Sebelumnya, saat menyampaikan visi misi pada Rapat Paripurna Istimewa DPRD Bali, Sabtu (8/9), Koster mengulas tentang kemandirian energi di Bali.

Ia menegaskan, semua pembangkit listrik di Bali ke depan harus berbahan baku energi ramah lingkungan dan berkelanjutan, baik dari air, matahari, atau energi terbarukan. Menurut dia, saat ini Bali memiliki kesiapan listrik 1.290 megawatt. Kebutuhan optimal dalam situasi normal sebesar 800 megawatt. Yang menjadi masalah adalah fakta bahwa dari 1.290 megawatt, 340 megawatt berasal dari PLTU Paiton, Jawa Timur yang disalurkan melalui kabel bawah laut.

BACA :  Kemenkumham Bali Kunjungi Kejaksaan Tinggi Bali Jalin Sinergitas Dalam Penegakan Hukum

Ke depan, Koster mencita-citakan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang bisa memenuhi kebutuhan Bali menyeluruh, melepas ketergantungan pada PLTU Paiton.

“Cuma 340 megawatt. Kita bangun saja. Ada persyaratannya. Harus green energy. Saya sampaikan kepada kesempatan ini. Di Celukan Bawang sekarang ada pembangkit listrik berkekuatan 300 lebih megawatt. Bahan bakarnya adalah batu bara. Dikembangkan lagi dengan kapasitas 300 megawatt. Juga dengan batubara. Saya sudah bicara dengan yang berinvestasi di situ. Bapak boleh melanjutkan usaha ini asal bahan bakarnya diganti dengan gas. Kalau batubara Bapak pakai, saya tidak akan menyetujui. Kalau Bapak sudah punya izin akan saya cabut,” tegas Koster.

Terkait kemandirian energi, Koster menegaskan Bali harus mengembangkan energi yang sehat alias mengurangi risiko polusi. Semua pembangkit listrik di Bali ke depan harus berbahan baku energi ramah lingkungan dan berkelanjutan, baik dari air, matahari, atau energi terbarukan. “Jangan lagi berpikir dengan yang lain. Pokoknya sudah titik. Kalau tidak mau dengan model ini. Ya, silakan jangan lama-lama di Bali,” tegas Koster. (mb/bpn/tim)

 

Nyoman Tirtawan

RELATED ARTICLES

ADS

- Advertisment -
- Advertisment -
TS Poll - Loading poll ...

Most Popular