JAKARTA, balipuspanews.com – Rektor Universitas Pattimura Ambon MJ Sapteno dalam webinar bertema ”Jalur Rempah, Jalan Kebudayaan Menuju Sustainable Living”, mempertanyakan alasan jalur rempah tidak dijadikan destinasi pariwisata yang seharusnya bisa dipadukan dengan keindahan alam Maluku.
Sedangkan, Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy mengatakan, Maluku adalah masa depan Indonesia. “Di masa lampau, rempah menjadi primadona. Namun, setelah harga rempah jatuh
Maluku masih punya cadangan sumber daya alam yang tinggi. Ada ikan, minyak, dan gas bumi,” kata Richard, Rabu (16/2).
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, lewat rekaman video mengatakan, jalur rempah merupakan potensi besar yang perlu dikelola bersama. Didalamnya mengandung nilai sejarah dan kebudayan. Ia mengajak semua pemangku kepentingan agar memanfaatkan potensi tersebut.
Dalam sesi diskusi yang menghadirkan enam orang narasumber, Direktur Pusat Konservasi Keanekaragaman Hayati Maluku Universitas Pattimura, DR. Ir. Samuel Leunufna, sepakat bahwa rempah Maluku merupakan pemicu pengembangan dunia pada berbagai sektor berabad-abad lalu. Sedangkan, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Ditjen
Kebudayaan Kemendikbudristek, Dr. Restu Gunawan, M. Hum, berpendapat bahwa Jalur Rempah, dapat digunakan sebagai pengembangan diplomasi budaya untuk memperkuat pengaruh Indonesia dalam perkembangan peradaban dunia.
Direktur Pusat Maritim dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura, Dr. Gino V.
Limmon, menjelaskan bahwa Keanekaragaman Hayati merupakan Ekonomi yang penting saat ini.
Sosiolog asal Banda Aceh, Otto Syamsuddin Ishak mengatakan bahwa Jalur Rempah memiliki usia yang lebih tua daripada Jalur Sutra. Menurutnya Jalur Rempah sudah ada sejak 10.000 tahun sebelum masehi sedangkan Jalur Sutra baru ada pada 2 tahun sebelum masehi.
Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Pelita Harapan (UPH), Prof. Dr. Diena Mutiara Lemy, A. Par., M.M., CHE., mengatakan bahwa pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis
Jalur Rempah selain adanya keterlibatan dari semua pihak harus dibarengi dengan marketing yang benar. Sebagai penutup, Bahasa Basudara, London, Dr. Jeffrey Malaiholo, PhD, meminta agar pada masa depan, pemerintah diminta untuk berhati-hati dalam mengelola kekayaan yang dimiliki oleh Maluku sehingga dapat dipastikan kekayaan yang dimiliki dapat berkelanjutan dan menciptakan kekayaan bagi penduduk Maluku. Sejarah jalur rempah telah mengubah peradaban dunia, tidak seharusnya hanya menjadi nostalgia masa lampau bagi Maluku. Hal itu dapat dikelola menjadi sesuatu yang bernilai tambah sehingga dapat tercapai sustainable living atau kesejahteraan berkelanjutan bagi masyarakat.
Penulis/editor : Ivan Iskandaria.