SEMARAPURA, balipuspanews.com– Keberadaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sejak tahun 2014 lalu membawa angin segar bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dahulu, mereka yang masih memiliki kesulitas untuk mengakses pelayanan kesehatan kini sudah tidak ragu lagi.
Dengan adanya Program JKN, kini masyarakat bisa dengan mudah mengakses layanan di fasilitas kesehatan, baik di tingkat pertama maupun tingkat lanjutan.
Adalah Ni Nyoman Suerni,75, nenek asal Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali mengaku telah beberapa kali memanfaatkan kartu kepesertaannya untuk mengakses layanan di fasilitas kesehatan. Dirinya terdaftar sebagai peserta JKN segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) atau peserta mandiri kelas 1.
Ditemui di sela-sela kesibukannya, Suerni mengaku pernah memanfaatkan kartu kepesertaannya untuk menjalani operasi tulang.
“Saya pernah menjalani operasi tulang tepatnya sendi lutut sebanyak dua kali, tahun 2017 pada kaki kanan dan tahun 2018 pada kaki kiri. Saya tahu biayanya sangat besar, tetapi dengan JKN ini, saya tidak ada dikenakan biaya lagi selain iuran perbulan. Menurut saya iurannya murah tetapi jaminannya sangat mahal,” ungkap Suerni.
Nenek yang telah menjadi peserta JKN dari tahun 2016 ini memang memilih kelas kepesertaan paling tinggi karena ingin mendapatkan pelayanan yang paling nyaman. Saat menjadi peserta tersebut ia dalam kondisi yang sehat.
Berselang satu tahun kemudian, Suerni mulai mengalami sakit, tubuhnya yang sudah mulai menua semakin digrogoti penyakit, kakinya mulai tidak kuat menopang badannya karena pengapuran, ia pun mulai sering berurusan dengan rumah sakit. Karena faktor usia dan kondisi tubuh, Suerni akhirnya harus menjalani operasi Osteoarthritis (OA) atau pengapuran tulang.
“Demi kesehatan dan keselamatan, anak saya mendorong saya untuk melakukan operasi, ia selalu berkoordinasi dengan dokter yang merawat saya untuk mencarikan jalan terbaik, ia selalu meyakinkan saya agar tidak khawatir terhadap tindakan operasi dan biaya karena sudah ada JKN yang akan menjamin semuanya hingga saya pulih kembali,” jelasnya.
Pertama menjalani operasi, Suerni mengaku mendapatkan edukasi yang baik dari dokter dan perawat di rumah sakit tempatnya dirawat. Ia memang sempat menunggu antrean operasi selama beberapa hari karena jadwal operasi di rumah sakit saat itu sangat padat.
“Sempat antre beberapa hari, tetapi menurut saya hal ini wajar karena banyak sekali pasien yang menjalani operasi tulang saat itu. Pihak dokter menjelaskan dengan baik dan memberikan saya terapi obat sebelum operasi, saya merasakan ketenangan dan kenyamanan hingga tiba waktunya operasi, saya bersyukur semuanya berakhir dengan lancar,” ceritanya.
Begitu pun pada operasi kedua di tahun 2018, Suerni merasa sangat tenang berkat pengalamannya pada operasi sebelumnya. Ia mengaku sama sekali tidak mengalami kendala selama menjalani rawat inap di rumah sakit. Pelayanan yang baik dari pihak rumah sakit membuat kedua operasinya berhasil dan kesehatannya berkembang dengan pesat. Perlahan tapi pasti, Suerni mulai dapat belajar menggerakan kakinya dengan baik dan sakit pada lututnya mulai hilang.
Hingga saat ini, Suerni merasakan kakinya sudah normal, ia sudah terbiasa menjalani aktifitas untuk berdagang dan kesibukannya sebagai nenek rumah tangga bersama cucunya. Ia kemudian menegaskan jika hingga saat ini ia tidak pernah telat membayar iuran agar kepesertaanya tetap aktif dan dapat digunakan saat keperluan mendadak.
“Tidak dapat dipungkiri, saya yang telah usia lanjut, tentunya bisa kapan saja sakit, jadi saya selalu mengutamakan iuran tiap bulan tidak boleh telat, pembayarannya di urus sama anak saya, untuk memastikan kepesertaan JKN aktif, kadang saya juga pernah menggunakannya sampai di dokter tempat saya terdaftar untuk sakit yang ringan-ringan seperti demam, flu dan batuk,” tutup Suerni menjelaskan kartu JKN yang sering digunakannya. (adv)
Penulis: Gde Candra
Editor: Oka Suryawan