
SUKASADA, balipuspanews.com — Pengerjaan mega proyek yang menelan anggaran dari APBN Pusat senilai Rp 140 miliar ini boleh dibilang tergolong lancar, lantaran pembangunnya rampung sesuai jadwal dengan durasi pengerjaan 418 hari. Pengerjaan terhitung sejak 14 November 2018 lalu hingga serah terima pada 20 Desember 2019 lalu.
Namun siapa sangka, dibalik pengerjaan jalan sepanjang 1.950 meter ini, sempat mencuat sebuah kisah mistis saat proses membelah bebatuan posisinya berada di STA 400.
Ketut Agus Setiawan selaku Engineering KSO Adhi Karya pengerjaan shortcut titik 5-6 mengungkapkan, meski tergolong lancar, namun tak banyak yang tahu bila pembangunan ini sempat mengalami kendala. Terutama saat proses membelah bukit untuk frase jalan yang berlokasi di STA 400. Para pekerja sempat mengalami kesulitan saat membongkar batu di tebing jalan tersebut.
Kata dia, selama pengerjaan dilakukan, hanya pembongkaran gugusan bebatuan di STA 400 yang paling sulit dilakukan. Sedangkan lokasi lainnya tergolong sangat mudah dan lancar.
Posisi bebatuan sebut Agus, tepat berada di tikungan tajam jalan dengan lengkungan sepanjang 25 meter. Nah, agar proses pembongkaran cepat dilakukan, pihaknya mengerahkan sebanyak 7 alat berat pemecah batu berupa Breaker. Alat dijejerkan untuk membelah batu setinggi 8 meter di tebing frase jalan. Namun anehnya, tak satupun alat berat dapat melakukan dengan maksimal. Tak pelak, usaha yang sia sia membuat para pekerja frustasi.
“Tujuh breaker tidak bisa, seperti di luar logika. Lalu, pekerja meminta saya untuk mencari pemangku agar mepiuining di lokasi STA 400. Karena sulit makanya proses pemecahan itu butuh waktu hampir tiga minggu lamanya,” ungkap Agus yang sudah 15 tahun bekerja di Adhi Karya.
Pria asal Kelurahan Penarukan inipun, atas desakan banyak pekerja tersebut, pihaknya pun langsung bergerak cepat menghadirkan pemangku. Tujuannya untuk mepiuning agar proses pengerjaan pemecahan bebatuan bisa dipermudah.
“Astungkara setelah mepiuning, baru dilancarkan (pemecahan bebatuan),” imbuhnya.
Lanjut dia, sulitnya memecah bebatuan menggunakan alat berat membuatnya kian yakin jika ada kekuatan niskala yang tak bisa diabaikan selama proses pembangunan. Kendati demikian, banyak pekerja dari Jawa yang sangat meyakini, sehingga mereka segera melakukan kordinasi.
“Ya kalau yang masalah sisi itu (niskala) memang banyak. Pekerjanya juga sering ngaku merinding bulu kuduknya saat bekerja. Tapi kami juga bekerjanya tidak sampai larut malam. Paling lama sampai jam 10 malam,” tutupnya.