BADUNG, balipuspanews.com – Indonesia telah menghadapi pandemi Covid-19 selama hampir 9 bulan. Pulau Dewata termasuk yang paling berdampak, dilihat dari ekonomi Bali yang minus lebih dari 10 persen. Kendati ada sinyal akan membaik, namun Bali diprediksi belum bisa keluar dari pertumbuhan minus.
Keadaan ini tidak saja berdampak pada pekerja pariwisata, tetapi juga sektor-sektor pekerjaan di luar sektor pariwisata. Salah satu yang ikut terdampak adalah seniman atau pekerja seni.
Bagaimana tidak. Seniman yang biasanya tampil di hadapan banyak penonton, kini tidak bisa melakukan itu. Sebab saat ada larangan membuat kerumunan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.
Alhasil tidak ada pentas yang menghadirkan gemuruh dan gelak tawa di tribun penonton. Secara otomatis, tidak ada pertunjukan seni menyebabkan seniman tidak memiliki pemasukan.
Salah satu seniman arja (salah satu jenis kesenian teater tradisional Bali), Komang David Darmawan, tidak menampik jika seniman sudah rindu untuk pentas dan menghibur masyarakat. Ia mengakui, selama Covid-19 menerjang Indonesia kegiatan manggung sudah sangat jarang.
Meski dalam tiga bulan terakhir mulai bergeliat, namun para seniman masih memiliki kekhawatiran ketika ingin manggung. Mereka pun berupaya menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.
“Kalau dulu, biasanya sentuhan dan seru-seruan sama penonton. Sekarang harus jaga jarak. Kemana-mana bawa hand sanitizer, pulang langsung mandi dan keramas. Pakaian narinya juga langsung dicuci,” ujarnya.
Seniman yang menggunakan nama panggung Gek Kinclong ini menuturkan, saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia, mulai bulan Maret-Juli 2020 sama sekali tidak ada job menari. Baru saat memasuki bulan Agustus beberapa seniman mulai menerima satu hingga dua job pentas seni dalam sebulan.
“Saya dan teman-teman saling curhat bagaimana bisa tetap bertahan hidup. Karena anggap saja dapur kami bisa ngepul bergantung pada aktivitas kesenian. Sampai kapan ya akan begini,” tutur seniman asal Sesetan, Denpasar tersebut.
Meski sudah terlihat ada geliatnya, mereka juga harus tetap memperhatikan protokol pencegahan covid-19 seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan.
Situasi manggung pun tak seperti dulu. Selain harus menjaga jarak dengan penonton, dari sisi penawaran harga juga terjadi tawar menawar ‘harga corona’. Gek Kinclong tidak menampik kalau tawar menawar itu memang terjadi.
“Memang otomatis ada seperti itu (ditawar, red), karena situasi lagi begini. Mungkin ada turun 30 persen. Tapi kita lihat juga dalam artian bukan menjatuhkan harga sekali. Toh kita juga perlu mencari bahan untuk mengisi diri kita. Jadi kalau pun ditawar, kita gak asal menjatuhkan harga,” jelasnya.
Ditanya soal bantuan dari pemerintah, Gek Kinclong mengaku belum pernah tersentuh bantuan pemerintah. Tidak hanya Gek Kinclong, sebagian seniman tua dan yang sudah senior pun tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Dia sangat berharap pemerintah lebih memperhatikan seniman di masa tuanya.
“Jangan dilihat saya yang masih baru. Tapi seniman yang sudah jauh lebih senior supaya lebih diperhatikan. Setidaknya berikan asuransi perawatan kesehatan di masa tua mereka. Karena mereka juga mengharumkan seni budaya Bali agar tetap ajeg,” tutupnya.
Penulis : Kontributor Badung
Editor : Oka Suryawan