DENPASAR, balipuspanews.com – Di tengah pandemi Covid-19, ada saja ide kreatif masyarakat untuk dapat terus mengisi kekosongan waktu sembari menambah pundi-pundi rupiahnya.
Gede Pasek Eka Prawangsa contohnya. Ia yang merintis jasa air minum dari rumah ke rumah sejak 6 tahun lalu ini mengaku kehilangan pelanggan sampai 50 persen semenjak pandemi Covid-19 mewabah di Bali, khususnya di Denpasar.
Dirinya menyebutkan pelanggannya lebih banyak dari kalangan mahasiswa. Namun, karena pandemi ini, perkuliahan jadi tidak lagi tatap muka dan banyak dari mereka yang memilih pulang kampung (pulkam).
“Ceritanya, langganan saya banyak mahasiswa yang ngekos. Perkuliahan sekarang kan pada libur atau tidak lagi tatap muka dan banyak yang pulkam. Jadi konsumen mulai berkurang drastis sampai 50 persen,” ujar Gede Pasek saat ditemui di kediamannya di Denpasar, Jumat (17/7/2020).
Karena sepi pelanggan, Gede Pasek berusaha mengisi waktu kosongnya dengan membuat dan bermain layangan. Dari sanalah ia mendapat ide untuk menerbangkan layangan sembari mengiklankan jasanya.
Gede Pasek sengaja membuat layangan Celepuk berukuran besar yang memuat tulisan “stay at home”, gambar berupa air mineral galon, tabung gas, serta kontak yang dapat dihubungi dan tidak lupa pesan “siap antar” dengan tujuan orang-orang dapat melihatnya saat mengudara.
“Karena tidak ada kegiatan, saya jadinya melayangan. Saat itu, langsung saya isi gambar-gambar itu (air mineral galon dan tabung gas) sekalian promosi. Karena dilihat juga membuat layangan seperti ini membutuhkan modal yang besar, saya pikir percuma jika saya terbangkan tapi tidak ada feedbacknya. Jadi sekalian saya buat yang besar agar bisa sambil ngiklan untuk dapat feedbacknya,” terangnya.
Menurutnya, layangan yang ia buat sebulan lalu ini bukanlah sekadar mencari sensasi, melainkan fokus untuk mencari nafkah. Ia pun menilai layangan iklan ini sangat efektif, karena pelanggannya kembali bertambah terutama pembeli di Denpasar.
“Awalnya saya mengiklankan menggunakan brosur disebar ke rumah-rumah, kalau di sosmed belum memahami. Bisnis sekecil ini untuk apa menggunakan sosmed, kalau dengan sosmed atau ojek online mungkin tidak menerima layanan antar galon seperti ini. Makanya saya coba dengan layangan. Sebenarnya sasaran saya dekat-dekat sini saja, tidak sampai tersebar,” paparnya.
Saat layangan ini selesai, banyak masyarakat di sekitarnya meremehkan. Bahkan tak sedikit yang menganggapnya aneh.
“Mereka menilainya aneh dilihatnya. Ada juga yang meledeknya. Tapi karena saya niatnya untuk mencari pemasukan, entah itu diledekin atau bagaimana, tidak masalah,” kata dia.
Gede Pasek mengatakan, saat layangan Celepuknya mengudara, ia menerima panggilan cukup banyak termasuk di luar Denpasar, namun ia menolaknya.
“Saya mengantar khusus Denpasar Utara, kalau ke Denpasar Timur masih saya usahakan. Sebelum ada Covid-19 ini, saya mempekerjakan seorang pegawai. Tapi setelah Covid-19 karena banyak pelanggan yang pulkam, jadi saya rumahkan,” katanya.
Untuk sekarang, Gede Pasek langsung turun tangan sendiri untuk mengantarkan barang dagangannya. Ia pun mengaku tak banyak mematok ongkir untuk sekali antar.
“Sekarang saya antar sendiri. Setiap sekali antar tambahan Rp. 1000 untuk ongkirnya, hanya berbeda Rp. 1000 saja dengan warung lainnya,” tandasnya.
Penulis : Ni Kadek Rika Riyanti
Editor : Oka Suryawan