
Negara, balipuspanews.com – Mahalnya biaya perawatan instrumen jegog, memicu kesenian asli Bumi Makepung yang sudah terkenal dunia tersebut akan punah karena sekka kesulitan dalam merawatnya.
Kekhawatiran jegog akan punah itu disampaikan sekeha jegog saat mereka bertemu dengan Wabup Jembrana I Made Kembang Hartawan di Gedung Kesenian Bung Karno, Selasa malam ( 20/12).
Dalam cara tersebut ada 76 skaa jegog yang hadir. Kepada Wabup Kembang, beberapa perwakilan skaa jegog menyampaikan perawatan alat musik yang terbuat dari bambu tersebut sangat mahal. Jika satu bilsah saja rusak atau pecah diperlukan biaya Rp. 350 ribu.
“Selain itu merawat alat musik jegog juga diperlukan tempat dan perlakuan ekstra, karena dibandingkan gong atau alat sejenisnya , alat musik jegog lebih rentan rusak karena faktor cuaca ataupun tempat penyimpanan yang tak layak,” ujar Putu Bobi, salah satu perwakilan skaa jegog. Banyaknya sekaa yang vakum karena minimnya kesempatan tampil juga menjadi factor yang membuat mereka khawatir.
Belakangan ini warga lebih memilih mengundang kesenian rindik yang lebih praktis serta sewanya relatif murah ketimbang jegog. Mendengar kekhawatiran skaa Jegog itu wabup Kembang menyampaikan Jegog dan mekepung merupakan dua ikon kesenian asli Jembrana yang mesti dipertahankan.
“Jegog dan Mekepung adalah harga mati yang mesti dipertahankan dan tetap lestari,” tandasnya. Kembang melihat regenerasi pemain jegog di Jembrana cukup berjalan dengan baik, dimana selalu ada yang mewarisi kemampuan dalam memainkan jegog.
Sehingga dirinya tidak khawatir kalau kesenian asli Jembrana ini disebut akan punah. Pemkab Jembrana tetap memberikan perhatian serius akan kelestarian Jegog ini. Diantaranya dengan keseriusan pemkab Jembrana menggarap sektor pariwisata, membenahi obyek wisata serta membangun rest area dibeberapa tempat. Seperti pembangunan anjungan cerdas mandiri di Rambut Siwi Mendoyo yang dibantu pemerintah pusat sudah dilengkapi dengan bangunan amphi theater .
“ Nantinya secara bergiliran seluruh sekaa akan kami berikan kesempatan tampil untuk menghibur tamu-tamu yang singgah. Bapak ibu bisa berperan dalam kesuksesan program ini jadi mulai sekarang jangan lagi ada alat jegognya yang rusak karena tidak pernah digunakan,”tegasnya. Kadis Dikporaparbud Jembrana menambahkan saat ini ada 76 sekaa jegog masih aktif. Pemkab Jembrana juga memberikan perhatian lebih dengan rutin menggelar festival jegog, diberangkatkan sebagai duta Jembrana dalam ajang PKB.
” Jegog adalah ikon Kabupaten Jembrana sehingga harus lestari, kami juga telah mengajukan hak paten atas tradisi ini seperti halnya mekepung,” ujarnya.
Sementara itu perwakilan sekeha Putu Bobi Agus Darma meminta dukungan pemerintah agar lebih aktif melakukan pembinaan kepada seka-seka jegog, para seniman baik yang tua maupun muda agar mereka memiliki standar dan pakem yang baik karena agar bisa dijual dan mampu hidup dari kesenian dibutuhkan kualitas penyajian yang baik.