
Nama Toya Devasya yang terletak dipinggiran danau Batur dikenal sebagai wisata air panas paling pavorit. Selain langsung bersentuhan dengan danau Batur, view gunung Abang ikut membuat pengunjung manja berlama-lama berenang di air panas yang berasal dari aliran Gunung Batur.
OKA SURYAWAN, Kintamani
Hujan gerimis menguyur kawasan danau Batur Kintamani, Bangli, Kamis (27/2/2020) sore. Bekas air hujan membuat becek areal parkir wisata air panas Toya Devasya.
Dari luar areal permandian yang didominasi infrastruktur berwarna ungu itu terlihat begitu megah. Patung gajah yang diyakini sebagai lambang kemakmuran ikut membuat apik obyek natural hot spring yang dipimpin General Manajer Dr. I Ketut Mardjana itu.
Saat memasuki areal dalam Toya Devasya, pengunjung yang sedang berendam tidak begitu banyak. Hanya terlihat beberapa wisatawan eropa dan India. Beberapa lagi terdapat wisatawan domestik.
Tak berselang lama, terdengar alunan musik di kolam renang yang paling banyak pengunjungnya. Beberapa karyawan Toya Devasya nampak memainkan tarian aquarobik. Wisatawan yang sedang berendam terlihat sumringah dan spontan mengikuti tarian yang biasanya dimainkan di dalam air itu.
“ Ini namanya aquarobik. Tujuannya untuk menghibur pengunjung,” kata promotion supervisor Toya Davasya, I Gede Novara Krishna di lokasi.
Sementara itu General Manajer Toya Devasya Dr. I Ketut Mardjana menyebutkan, semenjak wabah virus corona, kunjungan wisatawan asing khususnya Tiongkok mengalami penurunan yang sangat signifikan.
“ Kalau sebelumnya kunjungan perhari bisa mencapai 900 orang. Sekarang kurang lebih 250 orang. Penurunannya hampir 70 persen,”kata Mardjana sambil memperlihatkan perhitungan jumlah pengunjung yang datang lewat aplikasi online.
Kendati mengalami penurunan kunjungan, Mardjana mengakui tidak sampai melakukan PHK terhadap karyawannya.
“ Disini hampir 80 persen orang lokal,”sebutnya.
Menurutnya, pihaknya memanfaatkan waktu luang karyawan untuk melakukan pemeliharaan fasilitas pendukung kolam renang yang terbagi dalam beberapa lokasi.
“ Kalau karyawan dirumahkan, nanti banyak fasilitas tidak terpelihara. Jangan sampai ketika spontan pengunjung ramai banyak fasilitas yang kurang bersih,”kata Mardjana.
Sementara itu Putu Astiti Saraswasti, Direktur Utama Toya Devasya menyebutkan, pariwisata menjadi ujung tombak perekonomian masyarakat Bali.
“ Saat pariwisata turun, efeknya bisa kemana – mana,” sebutnya.
Menyiasati turunnya wisatawan asing yang berkunjung, pihaknya kini mengalihkan sasaran kepada wisatawan domestik.
“ Dari dulu kita tidak pernah mengkotak kotakan pengunjung. Saat gunung agung erupsi, justru pengunjung kita lebih banyak wisatawan domestik,” sebutnya.
Wabah corona menurutnya, bukan persoalan pariwisata Indonesia saja. Tapi sudah mendunia.
Menurutnya, ibarat pepatah badai pasti berlalu, pihaknya kini siap menyiasati pemasaran untuk menarik pengunjung. Misalnya memberikan potongan 50 persen bagi pelajar. Bahkan ada tiket masuk yang mendapatkan bonus makanan yang dapat ditukar di tempat yang sudah ditentukan. *****