Jumat, Maret 29, 2024
BerandaDenpasarMuncul Ide Kratif Dimasa Pandemi Covid-19, Sampah Organik Diolah Menjadi Disinfektan

Muncul Ide Kratif Dimasa Pandemi Covid-19, Sampah Organik Diolah Menjadi Disinfektan

DENPASAR, balipuspanews.com – Pemanfaatan sampah organik untuk mengurangi pencemaran lingkungan terus dikembangkan kalangan akademis. Masa pandemi Covid-19 ini misalnya.

Sampah organik rumah tangga khususnya sampah dapur diolah menjadi disinfektan. Sampah organik dapur berupa kulit buah dan sisa sayuran dapat dijadikan Eco-enzyme yang dapat dimanfaatkan sebagai disinfektan.

Hal tersebut terungkap dalam sebuah artikel ilmiah berjudul “Acceleration of Production Natural Disinfectants from the Combination of Eco-enzyme Domestic Organic Waste and Frangipani Flowers (Plumeria alba)” yang dipublikasikan dalam jurnal SEAS (Sustainable Environment Agricultural Science), volume 5, Nomor 1 terbitan April 2021.

Dalam artikel yang ditulis oleh Made Rai Rahayu, I Nengah Muliarta dan Yohanes Parlindungan Situmeang disebutkan, bahwa pembuatan disinfektan alami telah banyak dikembangkan, salah satunya melalui pembuatan Eco-enzyme dari fermentasi limbah organik rumah tangga.

Dalam proses fermentasi Eco-enzyme ini dihasilkan campuran bioethanol dan asam asetat yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti sabun cuci alami, desinfektan, hand sanitizer, pupuk, biopestisida, obat luka dan lain-lain.

BACA :  Pj Gubernur Sampaikan Pandangan Ranperda Insentif Kemudahan Investasi dan PUG

Proses pembuatan Eco-enzyme secara konvensional memerlukan waktu 3 bulan untuk proses fermentasi. Waktu pembuatan yang cukup panjang membuat masyarakat enggan memanfaatkan metode pembuatan Eco-enzyme ini untuk keperluan rumah tangganya. Kenyataanya pembuatan Eco-enzyme dapat dipercepat dengan penambahan ragi.

Penambahan ragi mampu menghasilkan Eco-enzyme sesuai syarat standar untuk keperluan disinfektan dalam waktu 8-10 hari. Proses fermentasin yang dilakukan pada akhirnya menghasilkan kadar alkohol 60-70% dan pH Eco-enzyme telah tercapai di bawah 4,0.

Eco-enzyme yang dibuat oleh para peneliti menggunakan bahan tongkol jagung, kulit rambutan, dan kulit labu siam. Ketiga limbah ini dipilih karena ketersediaannya yang melimpah serta mengandung selulosa yang tinggi.

Selain memerlukan antimikroba, disinfektan yang baik hendaknya memiliki sifat ramah lingkungan dan memiliki aroma yang tidak begitu menyengat dan mengganggu, salah satu bahan yang berpotensi untuk dimanfaatkan mengatasi hal ini adalah ekstrak bunga kamboja cendana (Plumeria alba.).

Kandungan senyawa dalam ekstrak bunga kamboja cendana melalui uji fitokimia dan GC-MS meliputi terpenoid (linalool, geraniol, terpineol), quercetin dari golongan flavonoid dan citrulline dari golongan alkaloid serta tannin yang memiliki berbagai aktivitas yang mendukung perannya dalam Bioseptan sebagai desinfektan alami meliputi antibakteri, antifungi, dan antivirus.

BACA :  Bahas Ranperda Pungutan Pajak Berbasis Digital, Dewan Sebut Perlu Penyelarasan

Bioseptan mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan kategori daya hambat sangat kuat yaitu berkisar antara 31,85-34,41 mm.

Penulis/Editor : Oka Suryawan

RELATED ARTICLES

ADS

- Advertisment -
- Advertisment -

Most Popular