DENPASAR, balipuspanews.com – Tiap orang punya cara merespon pandemi Covid-19. Ada yang menulis buku, menanam, hingga bermusik. Seperti yang dilakukan OPX. Kegelisahan selama masa pandemi dia tuangkan degan meluncurkan album solo bertajuk Sarkas.
“Terperangkap bersama virus gila, di lorong gelap aku meraba, menanti datangnya cahaya disaat tubuh ini terluka. Terdiam kucoba dengarkan, lantunan mulut anjing dunia. Hasutan menghujat mencela, kegaduhan semakin ku rasa” Demikian potongan lirik dalam lagu Sarkas yang dibawakan dengan musik berwarna grunge tahun 90an itu.
“Awal dari semua ini dari pandemi. Di saat semua berhenti bingung dengan ekonomi dan pekerjaan, kenapa semua seperti berhenti. Lingkungan dan sudut pandang menginspirasi untuk bikin sesuatu,” kata OPX saat memberi keterangan pers di Warung Kubu Kopi, Denpasar, Kamis (12/5/2022).
Dalam kondisi begitu ribut, bukan saling gandeng tapi sibuk cari pembenaran masing-masing. Semua saling sikut. Tak hanya per orangan tapi kelompok.
“Dalam kondisi yang sulit apakah ini rillnya mereka?,” ucap OPX.
Dia menambahkan total 5 lagu diluncurkan album yang digarap bersama Protagonis Music ini. Dijelaskan OPX dalam penggarapan album dirinya banyak melakukan eksperimen-eksperimen.
“Banyak eksperimen juga. Ada elektrik juga, lirik agak-agak gelap. Dari sound banyak eksperimen, tapi sudah cukup puas,” ujarnya.
Karena itu dia berharap album Sarkas bisa diterima di industri musik. Juga bisa menghadirkan kembali nuansa musik grunge 90an.
Sementara itu produser OPX Jitro Stephen mengatakan model-model di tahun 90an akan digunakan dalam promosi Sarkas. Dimana kalau ingin promosi harus manggung dulu, berinteraksi dengam penonton.
“Kalau mau promosi band rock manggung, ketemu penonton dan komunikasi. Kita juga pake online. Pertama yg kita mau coba manggung lebih sesuai genre ini,” ucap Jitro.
Pengamat musik Rudolf Dethu menyebut, single karya OPX dikemas dalam sound yang berat dengan bersabar pada kekuatan beat drum, chord dan notasi yang cenderung ‘gelap’.
“Nuansanya begitu suram dan suli menemukan nuansa keceriaan,” katanya.
Melalui album ini, OPX telihat ingin melepaskan diri dari band The Wheels yang pernah digawanginya sebgai vokalis yang lekat dengan musik klasik rock.
“Ia mencoba lebih jujur dengan dirinya sendiri dan memainkan apa yang lebih pas dengan karakter suaranya,” kata Dethu.
Penulis: Budiarta
Editor: Oka Suryawan