Jumat, Desember 1, 2023
BerandaNewsReligiPagerwesi Simbol Keseimbangan dan Keselamatan Alam Semesta

Pagerwesi Simbol Keseimbangan dan Keselamatan Alam Semesta

DENPASAR, balipuspanews.com-
Pemujaan kepada Sanghyang Pramesti Guru saat Pagerwesi, Rabu (3/2/2021) masih berkaitan dengan perayaan Saraswati.

Pagerwesi yang jatuh setiap Buda Kliwon Sinta diyakini sebagai payogan Sanghyang Pramesti Guru untuk menjaga keseimbangan alam semesta.

Akademisi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) I Wayan Gede Wisnu, S.S,. M.Si., kepada balipuspanews.com mengatakan, pemaknaan terhadap hari Pagerwesi telah berkembang dalam sejumlah interpretasi secara variatif. Secara tekstual dapat dikaji melalui Teks Lontar Sundarigama.

Pagerwesi, kata Gede Wisnu, berasal dari kata Pager yang berarti pagar atau pelindung, dan Wesi yang berarti besi. Pagar Besi ini memiliki makna suatu sikap keteguhan iman dan ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia, sebab tanpa ilmu pengetahuan kehidupan manusia akan mengalami kegelapan (Awidya).

Lebih jauh demekian Gede Wisnu, Saraswati sebagai simbolisasi pengetahuan terjalin erat peran guru sebagai pengemban pengetahuan.

“ Pagerwesi adalah simbol keseimbangan dan keselamatan alam semesta. Hal ini terkait dengan kedudukan dan peran Hyang Pramesti Guru dalam menjaga dan manata alam semesta,” ungkapnya.

Pemaknaan Pagerwesi ini selaras dengan pemaknaan hari suci Galungan yang juga jatuh pada hitungan Buda Kliwon seperti Pagerwesi yang jatuh pada Buda Kliwon Sinta. Dalam kaitan ini, Tuhan sebagai Siwa berperan dalam menciptakan keseimbangan untuk keselamatan alam semesta.

Berkenaan dengan itu, sambung Wisnu, penciptaan keseimbangan melalui Pagerwesi berorientasi pada suatu penyucian untuk keselamatan alam semesta. Hal ini terkait dengan ilmu pengetahuan yang diturunkan melalui Saraswati, kesuburan yang diturunkan melalui Soma Ribek, kekayaan yang diturunkan melalui Sabuh Mas.

“ Ilmu pengetahuan, kesuburan dan kekayaan yang tidak dilandasi oleh kesucian akan mengarah pada kehancuran alam semesta,” imbuhnya.

Dikatakan Wisnu, konsep keseimbangan dan keselamatan alam semesta pada hari suci tersebut dapat dicermati melalui perayaan yang dilakukan oleh masyarakat Bali. Dalam hal ini, perayaan Pagerwesi serupa dengan Galungan. Pagerwesi secara lebih besar dirayakan di Bali Utara sebagai penyucian pada daerah ulu (Kaja/Gunung) dari ranah pengetahuan, kesuburan dan kekayaan alam Bali.

BACA :  Alibaba Group Lirik Kerjasama Pariwisata dengan Bali

Sementara itu, Galungan secara lebih besar dirayakan di Bali Selatan sebagai penguatan terhadap pemanfaatan dari ranah ilmu pengetahuan, kesuburan, dan kekayaan alam Bali.

“ Pemujaan seperti ini pada dasarnya ada di seluruh daerah di Bali dengan model yang beragam, seperti ritual pangrebongan di Kesiman, ritual Tilem Kajeng di Sanur, ritual-ritual seperti itu berorientasi untuk keseimbangan dan keselamatan alam semesta,”pintanya.

Pihaknya berharap Pemerintah Daerah di Bali melalui Majelis Desa Adat (MDA) beserta PHDI perlu memikirkan suatu solusi untuk memberikan keleluasaan ruang yang terstruktur dan terukur.

“ Dalam penyelenggaraan ritual yang signifikan dalam masyarakat Bali untuk memberikan keleluasaan ruang yang terstruktur dan terukur. Demi keseimbangan dan keselamatan alam Bali secara berkelanjutan, termasuk dalam melepaskan diri dari belenggu pandemi Covid-19,” ujarnya mengakhiri.

Penulis : Nengah Budiarta

Editor : Oka

RELATED ARTICLES

ADS

- Advertisment -
- Advertisment -

Most Popular