NEGARA, balipuspanews.com – Berbagai upaya sudah dilakukan oleh petani salak gatri di Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo agar hasil produksi laku di pasaran. Namun kenyataannya harga buah salak yang menjadi maskot Desa Penyaringan itu pasarannya masih tetap anjlok.
Menurut beberapa petani salak gatri, anjloknya pasaran salak yang sudah dipatenkan sebagai buah asli Jembrana itu selain dampak dari Pandemi Covid-19 juga akibat cuaca eksterem yang terjadi belakangan ini.
Awalnya harga salak gatri dijual perkilo Rp10 ribu di lokasi. Karena pasarannya lesu kemudian petani menurunkan harganya menjadi Rp9 ribu perkilo. Namun cara itu masih tetap tidak membantu.
Petani juga bekerjasama dengan BUMDes untuk pemasaranya melalui media sosial, namun karena perekonomian masyarakat belakangan ini terpuruk maka daya belinya juga menurun sehingga jarang ada yang membeli salak gatri.
“Saat ini pembeli sangat jarang,” ujar I Made Sunarya,61, petani salak gatru di Banjar Tibu Beleng Tengah, Desa Penyaringan.
Sunarya yang memiliki 1000 batang pohon salak gatri di lahan seluas 60 are itu menyampaikan salak gatri diambil dari nama almarhum orang tuanya yang pertama mengembangan buah salak tersebut di kampungnya.
Sebelum pandemi Covid-19 salak gotri hasil panenya tidak sulit untuk dipasarkan. Dalam sehari Sunarya bisa menjual 80 kilo dengan harga Rp10 ribu.
“Tetapi setelah pandemi dan cuaca yang ekstrim produksi dan pembeli juga menurun,” ungkapnya.
Saat ini petani hanya bisa menjual rata-rata perhari 50 kilo dengan harga harga perkilo Rp9 ribu. Pembelinya juga kebanyakan datang langsung ke kebun.
“Kami menginformasikan di media sosial untuk tidak kontak langsung,” ujarnya.
Perbekel Penyaringan I Made Dresta mengatakan, memang akibat pandemi ini berdampak bagi petani salak gatri di desanya. Upaya pamasaran dilakukan dengan bekerjasama dengan Bumdes dan lewat media sosial. Juga dengan menurunkan harga menjadi Rp9 ribu rupiah perkilo. Dengan adanya harga diturunkan sedikit banyak pelanggan datang langsung untuk membeli salak gatri ini.
“Kami juga memerlukan bantuan pemerintahterutama insfratruktur jalanagar dirabat penuh atau di hotmik sehingga pembeli lebih mudah ke lokasi,” harapnya.
Penulis : Anom Suardana
Editor : Oka Suryawan