GIANYAR, balipuspanews.com – Serasa tak pernah ada hentinya, upacara adat di masing-masing desa adat di Bali selalu ada dan gelar setiap saat. Entah pengambilan upacara dalam skala besar atau kecil, bhakti umat Hindu juga selalu membutuhkan sarana prasarana.
Diantaranya berbagai jenis buah, bunga hingga kebutuhan upacara yang tergolong langka, dan susah didapatkan juga mesti terpenuhi saat upacara.
Oleh Pesraman Sarwa Ada Desa Taro, inipun disikapi dengan berbagai langkah positif, mulai dari pencarian bibit pohon langka seperti pisang, majegau, bahkan berbagai jenis bunga sebagai kebutuhan utama saat upacara.
I Putu Tirta, Ketua Pasraman Sarwa Ada, saat pemilihan dan pemupukan pohon upacara di Banjar Tebuana, Desa Taro, Tegallalang, Gianyar, langkah ini bahkan sudah dimulainya sejak 2010, saat upacara besar di gelar di Pura Gunung Raung Taro, yang pada saat itu (red), membutuhkan beragam jenis buah, bunga dan lainnya yang notabene susah di cari.
“Langkah ini kami sudah memulainya sejak tahun 2010, saat upacara di Pura Gunung Raung, dan kita masih lakukan sampai saat ini,”:ungkapnya, Kamis (26/5/2022).
Ini pula yang menjadi latar belakang Pasraman Sarwa Ada Taro, yang anggota terbanyaknya juga hobby bermain radio HT untuk konsen dan konsisten menanam berbagai jenis pohon kebutuhan upacara.
Putu menyebut, bahkan keanggotaannya yang kini mencapai 150 orang, tetap setia dari tahun 2010, bergerak menanam pohon dan memeliharanya tanpa menunggu imbalan apapun.
“Salah satu kegiatannya di lahan milik adat Desa Adat Tebuana ditanam ratusan pohon Pisang langka sejak tiga bulan lalu, dan kini mulai berkembang,” katanya.
Bendesa Adat Tebuana I Made Nartu, untuk mendukung kebutuhan upacara, pihaknya atas persetujuan krama adat, menyambut baik penanaman pohon langka oleh Pasraman Sarwa Ada.
“Kami dari desa pakraman sangat mendukung kegiatan ini, demi upacara di masing-masing desa adat berjalan lancar,” ungkapnya.
Walau sejatinya ditanam rumpuh gajah sejatinya juga menghasilkan, namun, mengutamakan kebutuhan upacara , tidak terbatas dan untuk siapa saja yang membutuhkan, cara ini juga dianggap sebagai yadnya.
Bahkan tidak hanya di lokasi ini, di tempat berbeda seperti Obyek Wisata Lembu Putih, sekitar lingkungan Pura Dalem Balingkang, Kintamani, Bangli, juga dilakukan kegiatan serupa.
Langkah ini juga sangat didukung oleh Bendesa Adat Taro Kaja, I Nyoman Tunjung. Penglingsir yang lebih akrab dipanggil “Kak Sekar”, ini bahkan memotivasi dan memberi apresiasi untuk Pasraman Sarwa Ada yang secara sukarela tanpa berharap imbalan sudah berbuat untuk kebutuhan utama umat Hindu.
Pihaknya juga mempersilahkan setiap warga atau prajuru adat yang memiliki keinginan untuk menaman pohon upacara langka, langsung bersurat.
“Dengan penanaman pohon upacara ini juga sekaligus menjadi ajang penghijauan, untuk dampak yang lebih luas, mengatasi krisis oksigen, memperkaya sumber air dan menanggulangi bencana seperti tanah longsor,” tandasnya.
Penulis : Ketut Catur
Editor : Oka Suryawan