
ABIANSEMAL, balipuspanews.com – Pikiran pria berinisial Wayan SD,53, benar-benar gelap. Bagaimana tidak, pria yang juga pegawai honorer Dinas Permukiman dan Pertanahan Kota Denpasar itu ditemukan tewas di kamar tidur rumahnya di Desa Sibanggede, Abiansemal, Badung, pada Sabtu (17/9/2022) sekira pukul 08.00 WITA.
Korban tewas setelah diduga menusuk lehernya dengan pisau dapur karena stress tidak bisa bayar biaya sekolah anak semata wayangnya yang kini duduk di bangku SMA di Badung.
Insiden bunuh diri yang dilakukan korban diketahui oleh I Nyoman M, sepupu korban. Saksi heran, pagi itu korban tidak terlihat pergi bekerja. Saksi lalu masuk ke dalam rumah korban.
Tapi saksi terperanjat kaget melihat pegawai honorer yang dikontrak 20 tahun itu terkapar di lantai dalam posisi bersimbah darah. Hal ini kemudian dilaporkan kepada Kelian Dinas Banjar setempat. Kejadian itu sontak menggegerkan warga.
Menerima laporan bunuh diri, Polsek Abiansemal menuju TKP untuk melakukan penyelidikan. Selain Polisi ada juga tim medis dari Puskesmas Abiansemal 3 Badung.
Kasi Humas Polres Badung Iptu Ketut Sudana menjelaskan saat ditemukan posisi tubuh korban terlentang di lantai. Sedangkan kaki kirinya menekuk dan leher mengeluarkan darah.
“Di samping badan korban terdapat pisau jenis mutik,” ungkap Iptu Sudana, Minggu (18/9/2022).
Seusai pengecekan tubuh, jasad korban dievakuasi ke RSD Mangusada, Kelurahan Kapal, Mengwi, Badung untuk dilakukan visum et revertum.
Sementara itu, istri korban yakni RT,50, mengaku pasrah dengan kejadian yang menimpa suaminya tersebut. Dia mengakui suaminya sejak dua bulan lalu stres memikirkan biaya sekolah anaknya ditambah beban utang di LPD. Ia mengaku sempat mengajak suaminya ke balian untuk berobat tapi tidak ada hasil.
“Sejak dua bulan lalu suami saya stres dan bingung. Dia selalu bertanya, bisa gak kuliah anaknya. Saya coba menenangkan dia dengan mengatakan jangan memikirkan hal itu yang membuat stres,” kata RT ke awak media.
Sehari sebelum ditemukan bunuh diri kata RT, yakni Jumat 16 September 2022 sekira pukul 11.00 WITA, anak semata wayangnya mengirimkan pesan singkat kepada korban yang intinya meminta uang tunggakan sekolah sebesar Rp 750 ribu.
Bila tunggakan tidak dibayar anaknya tidak bisa ikut ujian semester pada Desember tahun ini. Setelah menerima kabar itu, korban tampak seperti orang stress.
“Anak minta uang sekolah itu sering kali membuat bapak beban pikiran. Ditambah lagi anaknya terancam tidak bisa ikut ujian semester bulan Desember ini. Saya beberapa kali menenangkannya dengan mengatakan jangan memikirkan hal itu. Saya tak pernah minta uang kepada suami saya karena saya tahu dia memikirkan anaknya,” tutur RT.
Hal yang paling memilukan, hingga kemarin sore jenazah korban masih berada di RSD Mangusada Badung. RT mengaku tidak punya uang untuk bayar biaya di rumah sakit. Dia juga belum tahu kapan jenazah dari suaminya itu dibawa pulang ke rumah untuk dilakukan proses upacara selanjutnya.
“Sekarang saya bingung tidak punya uang untuk bayar biaya di rumah sakit. Saya dapat informasi jenazah suami saya akan di bawah ke Sanglah. Saya tidak tahu kapan jenazah suami saya dipulangkan. Rencananya jenazah suami saya dikremasi untuk meringankan biaya,” ungkapnya.
Penulis : Kontributor DenpasarÂ
Editor : Oka SuryawanÂ