Pemanfaatan Media Sosial dalam PJJ di Sekolah Dasar

Putu Eny Witariani, M.Pd
Putu Eny Witariani, M.Pd

Media sosial dalam pandemi covid-19 sangat membantu guru dan siswa dalam pembelajaran. Bahkan, pembelajaran sangat interaktif dan insfiratif

Oleh: Putu Eny Witariani, M.Pd. (Guru SDN 4 Kaliakah, Jembrana)

Pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa agar dapat berperan aktif. Guru sebagai motivator harus mampu mengarahkan siswa agar berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, sehingga ada interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya.

Dengan adanya interaksi dalam pembelajaran, maka akan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan menantang sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Mewabahnya Covid-19 di Indonesia, telah membawa perubahan yang signifikan terhadap proses pembelajaran di satuan pendidikan. Kelas-kelas yang biasanya riuh dengan semangat siswa untuk belajar, kini sepi senyap. Tiada lagi terdengar nyanyian siswa sebagai penyemangat pagi. Semua telah dirumahkan.

Guru mengajar dari rumah dan siswa belajar dari rumah. Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19 di satuan pendidikan dan untuk tetap memenuhi hak anak untuk belajar selama masa pandemi Covid-19.

Belajar dari rumah bukan berarti libur. Siswa tetap belajar dan guru tetap mengajar. Mereka belajar dengan cara baru, yaitu melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). PJJ dapat dilakukan secara daring (dalam jaringan), luring (luar jaringan), atau kombinasi luring dan daring (blended).

Pembelajaran daring dilaksanakan bila semua siswa mempunyai gawai dan mendapat sinyal internet. Bila semua siswa tidak mempunyai gawai dan/atau tidak mendapat sinyal internet, maka guru dapat melaksanakan PJJ secara luring dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Namun, bila hanya sebagian siswa yang mempunyai gawai dan/atau mendapat sinyal internet, maka guru dapat menerapkan PJJ secara blended. Selain memperhatikan kesiapan siswa, pelaksanaan PJJ yang dipilih juga harus memperhatikan kesiapan guru, sehingga pembelajaran dapat berjalan maksimal.

Dalam pembelajaran daring, guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran daring yang ada, salah satunya adalah media sosial. Guru dapat memilih salah satu media sosial yang sudah populer seperti Facebook, WhatsApp, Youtube, dan Blog.

Dengan memanfaatkan media sosial yang sudah dikenal, tentu akan mempermudah guru dan siswa untuk berinteraksi dalam pembelajaran. Walaupun pasti akan ada kendala, namun tentu akan mudah untuk diatasi.

Facebook dapat dimanfaatkan guru untuk membuat grup sebagai kelas daring. Namun kelas yang dibuat tentu harus diprivat, sehingga hanya dapat diakses oleh anggota kelas saja. Melalui grup ini, guru dapat mengirimkan materi, link kuis, absen, dan pesan untuk berinteraksi dengan siswa. Siswa juga dapat berinteraksi dengan guru melalui pesan pada kolom komentar.

Sama halnya dengan Facebook, WhatsApp juga dapat dimanfaatkan guru dalam pembelajaran daring. Guru dapat membuat Grup WhatsApp sebagai kelas daring. Melalui grup ini, guru dapat mengirimkan materi, link absen, tugas, dan pesan untuk berinteraksi dengan siswa. Selain itu, melalui WhatsApp guru dan siswa juga dapat berinteraksi secara virtual melalui panggilan video secara pribadi maupun kelompok. Panggilan video secara kelompok dapat dilakukan secara langsung di grup dengan jumlah anggota maksimal 8 orang.

Bila lebih dari 8 orang, maka dapat membuat forum yang terintegrasi dengan Messenger Facebook. Dengan cara ini, maka guru dapat melakukan panggilan video dengan maksimal 50 peserta.

Facebook dan WhatsApp lebih berperan sebagai media komunikasi antara guru dan siswa. Berbeda halnya dengan Youtube yang dapat digunakan guru untuk mengunggah materi berupa video pembelajaran. Guru dapat berkreasi dalam membuat media video pembelajaran, kemudian mengunggahnya di Channel Youtube pribadi atau sekolahnya. Kemudian guru dapat mengirimkan tautan video yang telah diunggah pada Grup WhatsApp atau Grup Facebook kelasnya. Siswa cukup menekan link video yang dibagikan untuk dapat menontonnya.

Salah satu keunggulan Youtube adalah siswa dapat menonton video secara offline atau tanpa sinyal internet. Siswa dapat memanfaatkan fitur ini dengan menekan menu download/ unduh pada aplikasi Youtube di gawainya. Setelah selesai terunduh, maka siswa dapat menonton video tersebut selama 30 hari tanpa perlu sinyal dan paket internet. Hal ini tentu dapat menjadi solusi bagi siswa yang kesulitan sinyal dan/atau yang kekurangan paket internet.

Dengan mengunggah video pembelajaran di Youtube, tentu guru sudah menjadi seorang Youtuber. Youtuber dewasa ini menjadi profesi yang cukup diminati oleh masyarakat karena mampu memberikan penghasilan yang tidak sedikit. Jadi seperti menyelam sambil minum air, selain mengajar, guru juga dapat memperoleh manfaat lain dari Youtube berupa penghasilan. Namun tentu harus diimbangi dengan ketekunan dan kerajinan dalam mengunggah video pembelajaran.

Selain Youtube, guru juga dapat mengunggah materi yang lebih kompleks di Blog. Guru dapat mengunggah materi dengan memadukan tulisan, video, gambar, dan file lainnya. Setelah materi dipublikasikan, guru cukup mengirim tautannya di Grup WhatsApp atau Grup Facebook siswa. Siswa dapat mengakses materi dimana pun dan kapan pun, asalkan ada sinyal internet. Untuk itu, guru perlu memastikan semua siswa memperoleh akses internet sebelum menggunakan media ini.

Dalam penerapan di sekolah dasar, tentu masih memerlukan peran aktif orang tua/wali siswa. Orang tua perlu menemani dan mengawasi siswa dalam bermedia sosial sehingga tetap konsentrasi dalam belajar. Untuk itu, guru juga harus melakukan diagnosis awal terhadap kesiapan orang tua siswa dalam menggunakan media sosial yang dipilih, sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.***