Jumat, Maret 29, 2024
BerandaKarangasemPengerajin Arak Tradisional Terancam Punah

Pengerajin Arak Tradisional Terancam Punah

KARANGASEM, balipuspanews.com – Menjadi seorang pengerajin arak tradisional nampaknya kurang diminati para generasi milenial khususnya yang tinggal diwilyah – wilayah penghasil tuak sebagai bahan baku arak itu sendiri.

Kondisi ini dikhawatirkan akan berdampak terhadap jumlah pengerajin arak tradisional. Apabila tidak dilestarikan sejak dini maka bisa dipastikan sedikit demi sedikit petani tuak sekaligus pengerajin arak tradisional lambat taun pasti akan terus berkurang keberadaannya.

Saat ini saja, yang masih menekuni sebagai seorang pengerajin arak dan penyadap tuak adalah mereka yang rata – rata telah berusia diatas 35 tahun. Kendati masih ada beberapa anak muda yang mau neruskan usaha kerajinan arak dan penyadap tuak namun jumlahnya sangatlah sedikit kebanyakan dari mereka memilih untuk merantau bekerja didaerah Denpasar.

“Anak – anak sekarang lebih memilih merantau mencari pekerjaan di Denpasar, lama – lama bisa punah pengerajin arak tradisional,” kata Ketut Togog (50) salah seorang Petani penyadap tuak sekaligus Pengerajin Arak tradisional asal Sidemen, Karangasem.

Menjadi seorang penyadap tuak sekaligus pengerajin arak tradisional sudah dijalankannya secara turun – temurun yang diwarisi oleh almarhum ayahnya. Dari sisi ekonomi harga arak tradisional ini untuk satu liternya dihargai dengan harga Rp. 60 ribu untuk kualitas kelas satunya. Sementara Rp. 30 ribu untuk arak dengan kualitas kelas dua.

BACA :  Pemkab Klungkung Ngaturang Bakti Pengayar di Pura Agung Besakih

Dalam sekali proses penyulingan secara tradisional, Togog memasak sekitar 120 liter tuak kelapa. Prosesnya pun tidaklah terlalu lama hanya hitungan jam saja sudah bisa menghasilkan arak. Dari 120 liter tuak Togog bisa menghasilkan 15 liter arak. 10 liter arak dengan kualitas kelas 1 dan 5 liter arak kualitas kelas 2.

Hanya saja, untuk mendapatkan tuak hingga 120 liter perlu waktu untuk mengumpulkannya. Togog sendiri setiap harinya hanya berhasil mengumpulkan rata – rata sebanyak 25 liter tuak dari 25 pohon kelapa yang ia sadap.

Aktivitas menyadap tuak dan Pengerajin arak tradisional bisa dikatakan sebagai mata pencaharian utama bagi ketut Togog untuk menghidupi lima orang anaknya. Dirinya berharap dengan adanya wacana dilegalkannya arak tradisional ini bisa menumbuhkan minat generasi muda sehingga keberadaan pengerajin arak tradisional tidak menjadi punah. (rls/bpn/tim)

RELATED ARTICLES

ADS

- Advertisment -
- Advertisment -

Most Popular