Program JKN Temani Nenek Asal Bangli Jalani Cuci Darah Selama 22 Tahun

Salah peserta JKN, Ketut Astawa Pande,70,
Salah peserta JKN, Ketut Astawa Pande,70,

BANGLI, balipuspanews.com – Menderita Diabetes Mellitus (DM) sejak tahun 1996 membuat nenek asal Bangli bernama Ni Wayan Selamet,68, harus menjalani rutinitasnya keluar masuk rumah sakit untuk proses pengobatan.

Seiring dengan bertambahnya usia, Selamet harus menerima kenyataan pahit ketika penyakitnya justru membuat fungsi ginjalnya rusak dan memaksanya untuk menjalani cuci darah rutin dari tahun 2001 hingga saat ini. Namun, dukungan keluarganya yang tiada henti membuat ia menjalani pengobatannya dengan baik.

“Ia sangat takut dan enggan menjalani cuci darah, tetapi berkat dukungan saya dan keluarga membuat ia semakin yakin, terbukti ia mampu menjalaninya dengan rutin setiap dua minggu sekali hingga saat ini,” ungkap Ketut Astawa Pande,70, yang merupakan suami Selamet.

Baca Juga :  Putu Parwata Hadiri Rapat Koordinasi Pariwisata Bali Menuju Bali Era Baru

Astawa yang ditemui saat mengantar istrinya menjalani cuci darah di RSUD Bangli merasa dengan senang hati menceritakan proses pengobatan istrinya.

Astawa mengaku pembiayaan pengobatan yang dijalani istrinya selama ini dibantu oleh program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Menurutnya proses pengobatan yang ia jalani dengan menggunakan JKN semua berjalan sesuai harapan dan tidak mengeluarkan biaya.

“Selama 22 tahun ini kami sangat dibantu oleh JKN dan fasilitas kesehatan (Faskes) yang memberikan pelayanan sangat baik, sehingga istri saya merasa lebih nyaman lagi menjalani pengobatannya,” lanjut Astawa.

Pensiunan PNS ini begitu bersyukur dan mengucapkan terima kasih atas apa yang didapatkan oleh istrinya. Khusus kepada JKN, ia menyatakan program pemerintah milik masyarakat ini begitu luar biasa, ia mampu menenangkan perekonomian keluarganya di tengah biaya pengobatan yang mahal.

Baca Juga :  Resmikan PLUT, Lihadnyana: Fasilitas dan Pelatihan Gratis untuk UMKM

“Jika dihitung-hitung, maka biaya sekali cuci darah adalah 800 ribuan, berarti selama 22 tahun ini kurang lebih sudah miliaran biaya yang harus saya keluarkan jika tidak ada JKN, mahal sekali kesehatan itu, berbanding terbalik dengan iuran JKN yang sangat murah,” tegas Astawa.

Pengalaman yang dihadapinya membuat ia berpesan agar masyarakat dapat menjaga kepesertaan JKNnya tetap aktif dan tentu menjaga kesehatannya.

“Sehat yang utama, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, sedangkan di dalam situasi sehat maupun sakit terdapat JKN yang akan selalu bermanfaat,” tutup Astawa. (adv)

Penulis: Gde Candra
Editor: Oka Suryawan