GIANYAR,balipuspanews.com- Pantai Siyut, Tulikup, Gianyar dipenuhi pangiring Ida Bhatara Pura Penataran Agung banjar Peteluan, Temesi, Gianyar, Senin (14/10/2019) pagi. Warga mengikuti prosesi melasti untuk menyambut piodalan yang puncaknya akan berlangsung saat Buda Umanis Parangbakat ( 23/10/2019) mendatang.
Warga sudah menyemut sejak pukul 07.00 pagi untuk mengikuti ritual yang dipimpin oleh Ida Pedande Griya Keramas dan Ida Pedande Griya Gunung Sari Ubud.
“ Masyarakat sangat antusias ngiring tapakan dan pralinggan Ida Bhatara. Ini Mencerminkan kesadaran dan ketulusan masyarakat untuk menyambut piodalan di Pura Penataran Agung,” kata Pande Made Sukadana, ketua panitia karya disela melasti.
Menurut Sukadana, melasti bertujuan menyucikan arca pratima, pralingga dan tapakan Ida Bhatara sebelum piodalan berlangsung. Dengan begitu, aura positif akan berdampak kepada warga panyungsung Pura Penataran Agung.
Selain melasti, kehadapan Dewa Bharuna, penguasa laut, warga juga melangsungkan ritual mulang pakelem menggunakan sarana kambing selem ( hitam), itik selem, dan ayam selem. Warna hitam adalah warna kebesaran Dewa Wisnu yang juga penguasa Samudra. Selanjutnya, warga mohon tirta pamutus ditengah laut sebelum Ida Bhatara mewali ke Pura Penataran Agung. Menariknya, saat melasti banyak warga pangiring yang kerauhan ( kesurupan)
Sore harinya sekitar pukul 15.00 Wita, warga melanjutkan rangkaian upacara yakni mendak Bagia Pula Kerti di Pura Taman Baginda. Sebelum Bagia Pula Kerti ini diarak menuju Pura Penataran Agung terlebih dahulu digelar upacara melaspas yang dipuput oleh Ida Pedanda Geria Sampiang.
Secara harfiah Bagia Pula Kerti terdiri dari tiga kata, Bagia berarti bahagia, Pula berarti menanam, dan kerti berarti perbuatan.
“Jadi nanti setelah puncak karya, Bagia Pula Kerti ini akan dipendem sebagai simbol kebahagiaan karena telah berhasil menanam perbuatan suci dengan melakukan yadnya,” sebut Ketut Puspa salah satu panitia karya. ( bas)