JAKARTA, balipuspanews.com — Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memastikan stabilitas sistem keuangan nasional pada triwulan III tahun 2025 tetap terjaga dan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.
KSSK yang beranggotakan Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menegaskan penguatan sinergi kebijakan akan terus dilakukan untuk menjaga kestabilan ekonomi nasional.
Rapat Berkala IV KSSK Tahun 2025 yang digelar pada 31 Oktober lalu menyepakati langkah bersama untuk memperkuat koordinasi antarlembaga dan dengan kementerian/lembaga lain.
“Sinergi kebijakan akan terus diperkuat guna memastikan sistem keuangan tetap stabil sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi,” demikian disampaikan dalam keterangan resmi KSSK, Senin (3/11/2025).
KSSK menilai perekonomian global masih menghadapi tekanan akibat dampak kebijakan tarif impor Amerika Serikat yang menyebabkan ketidakpastian tinggi. Meski demikian, prospek ekonomi dunia menunjukkan tanda perbaikan. Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi proyeksi pertumbuhan global 2025 menjadi 3,2 persen dari sebelumnya 3,0 persen, didorong oleh kondisi keuangan yang lebih longgar dan penurunan inflasi.
Momentum Pertumbuhan Ekonomi Menguat
Perekonomian Indonesia menunjukkan momentum positif dengan dukungan konsumsi rumah tangga dan investasi yang solid. Indeks Manufaktur (PMI) pada Oktober 2025 naik menjadi 51,2, menandakan ekspansi aktivitas industri. Surplus neraca perdagangan pada triwulan III mencapai 14 miliar dolar AS, meningkat 63,4 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.
Likuiditas ekonomi juga meningkat, tercermin dari pertumbuhan uang beredar (M2) sebesar 8 persen secara tahunan (yoy) pada September 2025. Dengan dukungan berbagai stimulus pemerintah senilai Rp34,2 triliun, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2025 diproyeksikan mencapai di atas 5,5 persen, dan secara keseluruhan tahun 2025 diperkirakan tumbuh hingga 5,2 persen.
Nilai Tukar dan Inflasi Terkendali
KSSK mencatat ketahanan eksternal Indonesia tetap terjaga dengan cadangan devisa sebesar 148,7 miliar dolar AS atau setara pembiayaan enam bulan impor. Nilai tukar Rupiah pada akhir Oktober 2025 menguat ke posisi Rp16.630 per dolar AS.
Inflasi tahunan pada Oktober 2025 tercatat 2,86 persen, masih dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen. Inflasi inti tetap terkendali di level 2,36 persen, sedangkan inflasi volatile food mencapai 6,59 persen akibat kenaikan harga pangan pasca masa panen.
Kebijakan Fiskal dan Moneter Sinergis
Dari sisi fiskal, realisasi belanja negara hingga triwulan III 2025 mencapai Rp2.234,8 triliun atau 63,4 persen dari target, dengan defisit APBN tetap terkendali di level 1,56 persen terhadap PDB.
Pemerintah juga menyalurkan berbagai stimulus, antara lain bantuan pangan, insentif pajak, dan program padat karya dengan total nilai Rp15,7 triliun.
Sementara itu, Bank Indonesia menurunkan BI-Rate sebanyak tiga kali hingga ke level 4,75 persen pada September 2025. Kebijakan moneter diarahkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar, memperkuat transmisi penurunan suku bunga, dan memperluas akses pembiayaan ke sektor produktif, termasuk UMKM.
Stabilitas Sektor Keuangan Terjaga
OJK melaporkan, sektor jasa keuangan tetap stabil dengan permodalan perbankan yang kuat, likuiditas memadai, dan risiko kredit yang terkendali. Kredit perbankan tumbuh 7,7 persen yoy menjadi Rp8.162 triliun, sementara rasio kredit bermasalah (NPL) gross tercatat 2,24 persen. Pasar saham juga menunjukkan kinerja positif dengan IHSG menguat 15,31 persen sepanjang tahun hingga Oktober 2025.
LPS mencatat cakupan penjaminan simpanan tetap di atas 90 persen dari total rekening perbankan nasional. Hingga September 2025, LPS menurunkan tingkat bunga penjaminan menjadi 3,50 persen dan tetap memastikan kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan.
KSSK Perkuat Kewaspadaan Risiko Global
Menutup rapat berkala, KSSK menegaskan komitmennya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko global dan memperkuat respons kebijakan terkoordinasi. Sinergi kebijakan moneter, fiskal, dan sektor keuangan akan terus dijaga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
KSSK dijadwalkan kembali menggelar rapat berkala berikutnya pada Januari 2026.
Penulis : Kadek Adnyana
Editor : Oka Suryawan



