Syukuri Hasil Pertanian, Warga Desa Adat Apit Yeh Gelar Perang Ketipat

Tradisi perang ketipat sebagai bentuk syukur atas hasil pertanian yang berlangsung di Desa Adat Apit Yeh
Tradisi perang ketipat sebagai bentuk syukur atas hasil pertanian yang berlangsung di Desa Adat Apit Yeh

KARANGASEM, balipuspanews.com – Warga Desa Adat Apit Yeh, Manggis, Karangasem memiliki cara yang cukup unik dalam mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil pertanian yang mereka terima.

Rasa syukur tersebut mereka ungkapkan lewat “perang”. Namun perang yang dimaksud bukanlah perang berdarah-darah seperti yang dibayangkan, melainkan mereka berperang menggunakan senjata “ketipat” (ketupat).

Menurut Bendesa Adat Apit Yeh, I Nengah Kuta, seperti sebutannya “perang ketipat” warga Desa Adat Apit Yeh yang sebelumnya sudah dibagi menjadi dua kelompok berperang dengan cara saling lempar menggunakan ketipat (ketupat) sebagai senjatanya tepat di areal pertigaan yang ada di wilayah Desa Adat setempat.

Perang Ketipat ini merupakan salah satu tradisi yang telah diwariskan secara turun temurun oleh para tetua di Desa Adat Apit Yeh sebagai ungkapan rasa syukur atas anugrah Ida Bhatari Sri sebagai manifestasi Tuhan karena telah memberikan hasil panen yang melimpah mengingat sebagian besar warga merupakan petani.

“Tradisi ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali tepatnya 15 hari setelah prosesi “Mebiukukung” di sawah, dan kebetulan pelaksanaan perang tipat nya jatuh tepat pada hari ini, ” tutur Bendesa Nengah Kuta kepada media ini, Kamis (19/5/2022).

Sebelum dilaksanakannya tradisi tersebut, masing-masing warga menghaturkan sebanyak 2 kelan atau 12 biji ketipat (ketupat) ke Pura Puseh dan kayangan tiga yang ada di Desa Adat setempat. Nah setelah dihaturkan, barulah ketupat tersebut digunakan sebagai senjata dalam tradisi perang ketipat tersebut.

Menariknya, selain sebagai ungkapan rasa syukur. Ketupat yang sudah dilemparkan dalam tradisi perang ketupat tersebut biasanya menjadi rebutan warga untuk dibawa pulang dan diberikan kepada hewan ternak.

Menurut kepercayaan, jika ketupat yang telah digunakan atau dilemparkan saat tradisi tersebut diberikan kepada hewan ternak maka ternaknya yang dipelihara akan subur dan terhindar dari penyakit.

Penulis : Gede Suartawan

Editor : Oka Suryawan