KARANGASEM, balipuspanews.com – Dibalik peristiwa tebing longsor yang menewaskan tiga orang penggali batu hitam, pada Senin (11/9/2023) rupanya Tukad Taksu yang ada di wilayah Banjar Kemoning, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem menyimpan sebuah cerita kelam.
Informasi yang didapat, tebing yang ada dikawasan Sungai Taksu ini rupanya bukan kali pertama menelan korban jiwa. Entah ini hanya kebetulan saja, sekitar tahun 2009 silam, peristiwa serupa pernah terjadi tidak jauh dari lokasi kejadian saat ini, anehnya saat itu jumlah korban jiwa juga sama sebanyak 3 orang penggali pasir yang sedang berteduh.
“Ya dulu sekitar tahun 2009 juga pernah kejadian, waktu itu korbannya juga 3 orang pencari pasir, mereka tertimbun longsoran saat berteduh dibawah tebing, lokasinya juga disekitar sini,” kata Perbekel Desa Bhuana Giri, Ir. I Nengah Diarsa kepada wartawan.
Sementara itu, menurut Diarsa aktivitas penggalian batu hitam secara manual seperti ini diluar kontrolnya sebagai Kepala Desa karena biasanya pada waktu-waktu tersebut warga sedang istirahat. Namun demikian, himbauan sudah kerap diberikan pasca kejadian pada tahun 2009 silam agar warga berhati-hati saat beraktivitas ditempat-tempat rawan.
Ia mengakui hingga saat ini masih ada belasan warga khususnya di Banjar Kemoning yang memiliki pencaharian sebagai penggali batu hitam secara manual.
Untuk mencari batu hitam sendiri, bukan pekerjaan yang mudah karena membutuhkan keahlian khusus untuk bisa menentukan dimana lokasi dan tirik yang terdapat batu hitam tersebut.
“Biasanya masyarakat menjajagi dulu apakah di wilayah itu ada batunya atau tidak, karena tidak sembarangan masyarakat yang bisa tau atau menebak bahwa di lokasi itu ada potensi batunya. Untuk jumlah warga yang berprofesi sebagai penggali batu manual ada sekitar 15 orang, biasanya mereka bekerja secara berkelompok,” imbuh Diarsa.
Penulis: Gede Suartawan
Editor: Oka Suryawan