ABANG, Balipuspanews.com – Upacara Usaba tentunya tidak asing lagi bagi umat hindu diBali pada umunya, hampir disetiap Desa Adat memiliki upacara usabenya tersendiri seperti diwilayah Selat, Karangasem misalnya setiap setahun sekali warga menggelar upacara usabe dalem atau Usabe Dodol, di Bebandem juga ada yang namanya Usabe Mumu.
Nah di Desa Abang, Kecamatan Abang, Karangasem juga ada upacara Usabe yang tak kalah uniknya yaitu Usabe Carik, penasaran seperti apa upacara Usabe Carik..?
Berikut media ini mencoba untuk mengulasanya.
Maknanya hampir sama dengan upacara usabe ditempat lainnya yaitu sebagi ungkapan rasa syukur kepada tuhan dengan harapan agar hasil panen padi disawah atau Carik dalam bahasa balinya melimpah ruah. Sesuai dengan namanya, Usabe carik sendiri berlangsung diareal Persawahan Desa Abang Kelod, Karangasem dilaksanakan setiap tanaman padi mulai berbuah.
Upacara ini diikuti oleh sekitar 100 orang petani yang tergabung dalam dua Subak (semacam orgamisasi khusus petani) yaitu Subak Andong dan Subak Butuk. Dalam prosesnya, prosesi Ngusaba Carik ini diawali dengan mempersiapkan segala perlengkapan upakara banten dengan sarana uatama yang dipergunakan yaitu guling babi.
Dalam pelaksanaan ritualnya, Usabe Carik ini dilakukan didua tempat berda yaitu dimasing masing pura kedua Subak tersebut yang tentunya berada diareal persawahan. Setelah ritual dijalankan tibalah waktu yang dinanti yaitu tradisi ngedum (membagi) daging babi guling kepada seluruh anggota Subak.
Tradisi ngedum be Guling ini dilakukan setelah uapacara selesai atau setelah guling babi tersebut menjadi lungsuran.
Menurut salah seorang petani anggota Subak, Nyoman Darsani upacara usabe ini juga sebagai bagian dari konsep “Tri Hita Karana” yang mencangkup tiga unsur yaitu palemahan (alam), poawongan (mahluk hidup) dan prahyangan (tuhan). kaitannya dengan uoacara ini yakni warga subak adalah pawongan, areal persawahan sebagai areal palemahan yang dimanfaatkan warga untuk bercocok tanam dan Pura Bedugul sebagai konsef parahyangan untuk memohon berkah tuhan melalui manifestasinya sebagi Dewi Sri sebagai simbul sumber kemakmuran.
Sementara itu Kepala Desa Abang, I Nyoman Sutirtayana juga mengatakan hal yang sama, selain ungkapan rasa syukur serta memohon berkah, tradisi ini juga terus dijaga dan dilaksanakan turun temurun untuk menjaga kestabilan alam skala niskala dilingkungan tersebut.
“Tradisi ini sudah berlangsung secara turun temurun dan rutin dilaksanakan menjelang padiberbuah,” ujarnya. (suar/bpn/tim)