
DENPASAR, balipuspanews.com – Universitas Hindu Indonesia (Unhi) kembali menelorkan sebuah buku anyar dengan resmi melaunching sekaligus mendiskusikan buku Filsafat Seni, berlangsung, pada Sabtu (26/11/2021).
Selain itu, acara tersebut juga dibalut dengan menggelar pameran lukisan yang mengangkat tema Lango Winalian Ung Urip (mengembalikan seni pada hidup). Acara berlangsung secara online dan offline bertempat di Gedung Pascasarjana Unhi.
Dengan dilaunchingnya buku Filsafat Seni ini bertujan untuk memberikan referensi dan ruang imajinasi kepada seniman dalam berkarya dan mampu menelorkan seniman-seniman yang mampu menghasilkan karya-karya memiliki karakter tersendiri dari seniman di Bali.
Direktur Pascasarjana Unhi Prof. Dr. I Wayan Sukayasa., M.Si., menjelaskan, buku Filsafat Seni karya Ananda Coomaraswamy merupakan buku yang merangkum tiga hal penting dalam Hindualisme, seperti; Satyam yang berarti kebenaran, Siwam berarti kebaikan dan Sundaram berarti Seni.
“Bagaimana seorang seniman harus mampu menggali ide-ide seni yang kreatif. Tidak hanya seniman tetapi juga para kritikus bahwa kita tidak hanya berpindah kepala tentang seni barat,” jelas Sukayasa di sela kegiatan.
Lebih lanjut, Sukayasa menjelaskan, seni timur biasanya bersifat menghibur, mengajar dan mengimbau. Ada keterkaitan antara komponen ajaran agama Hindu, karena agama Hindu mengajarkan seni untuk ibadah.
Buku Filsafat Seni tersebut, lanjut dia, akan disebarluaskan tidak hanya di Indonesia, namun juga ke berbagai belahan dunia. Mengingat berdirinya Unhi sebagai Hindu Center Indonesia. Dengan demikian kalangan seniman dan pendidik khususnya di Bali agar terus bergairah dan berinovasi dan tidak mandek.
“Kita kan Hindu Center Indonesia, jadi tiga aspek kita gali, analisis dan tranformasikan disebelarluaskan sejauh mungkin,” pungkasnya.
Sukayasa berharap, dengan adanya buku Filsafat Seni mampu memberi imajinasi kepada para seniman, karena untuk merangsang imajinasi kesenian harus banyak membaca terutama hal-hal yang berkaitan dengan terori seni.
“Seniman itu kan itu tidak berangkat dari otak kosong untuk merangsang imajinasi berkesenian, kan harus banyak membaca,” tutupnya.
Penulis: Budiarta
Editor: Oka Suryawan