Sabtu, Oktober 25, 2025

Penantian 37 Tahun, Upacara Agung Karya Ngenteg Linggih di Pura Nagasari Sayan Akhirnya Digelar

- Advertisement -
- Advertisement -

GIANYAR, balipuspanews.com – Penjor putih dan kuning berjejer di depan rumah warga Banjar Kutuh, Desa Sayan, Kecamatan Ubud. Suasana banjar tampak semarak dalam beberapa hari terakhir. Pada Kamis (16/10/2025), para krama, baik pria maupun wanita, tampak sibuk mempersiapkan sarana upakara di Pura Nagasari.

Mereka tengah menyiapkan Karya Ngenteg Linggih, Mupuk Pedagingan, Mepedudusan Agung, dan Menawa Ratna—rangkaian upacara besar yang biasanya digelar setiap 30 tahun sekali. Namun karena keterbatasan biaya dan kesibukan krama adat, upacara yang seharusnya dilaksanakan pada 2018 baru dapat diwujudkan tahun ini, tepat 37 tahun setelah pelaksanaan terakhir pada 1988.

“Tujuan upacara ini untuk membangkitkan energi kesucian pura, sehingga memberikan vibrasi positif bagi krama adat dan lingkungan sekitar. Dampaknya dapat dirasakan pada kesejahteraan, harmonisasi alam, serta meningkatnya sraddha bhakti krama kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa,” ujar Kelian Adat Banjar Kutuh, Drs. I Ketut Parsa.

Parsa menjelaskan, persiapan telah mencapai 70 persen. Pengerjaan tidak hanya mencakup sarana upakara, tetapi juga renovasi pelinggih, pembangunan tombok penyengker, serta wantilan dengan nilai anggaran miliaran rupiah.

BACA :  Dua Motor Tabrakan Adu Jangkrik, Satu Orang MD di Tempat

“Persiapan sudah berlangsung sejak 2021, diawali dengan renovasi dan pembangunan penyengker serta Pura Melanting dengan dana hampir Rp1 miliar,” jelasnya.

Pada 2025, pemerintah desa mengalokasikan sekitar Rp350 juta dari dana desa untuk penyengker jaba pura.

Sementara itu, Pemkab Gianyar memberikan hibah sekitar Rp1 miliar untuk pembangunan wantilan. Dana tambahan dihimpun melalui kas banjar, pepeson wajib dari 337 kepala keluarga krama adat, punia masyarakat, serta sumbangan para pengusaha di Banjar Kutuh.

“Persiapan dana untuk upacara ini mencapai Rp1,5 hingga Rp2 miliar. Untuk menekan pengeluaran, seluruh sarana upakara dikerjakan secara gotong royong oleh krama,” tambahnya.

Kenaikan harga bahan upakara juga diantisipasi dengan penyediaan dana cadangan.

“Kami melewati sasih kapat dan sasih kelima, saat banyak umat Hindu menggelar upacara, sehingga harga kebutuhan upakara naik. Karena itu kami siapkan dana antisipasi,” kata Parsa.

Sejumlah rangkaian upacara telah dimulai. Pada 15 Oktober digelar upacara Ngadegan Bagia Pula Kerti, disaksikan oleh Ida Cokorda Sayan, Bendesa Adat Sayan, perangkat desa, hingga anggota DPRD Gianyar Tjokorda Gede Asmara Putra Sukawati (Cok Anom).

BACA :  Pelajari Strategi Peningkatan PAD, Banggar DPRD Sumenep Kunjungi DPRD Badung

Berikutnya, pada Sabtu (18/10/2025), akan dilaksanakan upacara Mendak Bhatara Pengerajeg Karya di Pura Batan Pule, Desa Mas. Puncak upacara direncanakan berlangsung pada Rabu Umanis Julungwangi, 5 November 2025, bertepatan dengan Purnama Kelima yang sekaligus menjadi piodalan di Pura Nagasari.

Selain mempersiapkan sarana fisik, krama juga telah mendak tirta dari Pura Sad Kahyangan di Bali hingga ke Pulau Jawa, seperti Pura Lempuyang, Besakih, Batur, Uluwatu, hingga Pura Mandara Giri Semeru Agung di Jawa Timur.

“Sesuai pakem, jika upacaranya utama meskipun nistaning utama karena menggunakan satu kebo, tirta harus dihaturkan dari Sad Kahyangan,” tutup Parsa.

Penulis : Ketut Catur
Editor : Oka Suryawan 

Follow Balipuspanews.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
RELATED ARTICLES

ADS

- Advertisment -
- Advertisment -

Most Popular