DENPASAR, balipuspanews.com – Mengawetkan makanan bagi warga Bali bukanlah sesuatu yang baru. Bedanya, bumbu pengawet makanan ala Bali mulai ditinggalkan. Belakangan banyak warga mengawetkan makanan dengan bahan kimia yang berdampak negatif bagi kesehatan.
Menyikapi hal itu, akademisi Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa Dr. Ni Made Ayu Suardani Singapurwa, STP, mendorong masyarakat Bali untuk konsisten memanfaatkan bumbu Bali sebagai pengawet makanan.
Masyarakat Bali diingatkan untuk tidak begitu saja meninggalkan atau beralih menggunakan pengawet kimia buatan. Hal itu dikatakan Ayu Suardani
saat menjadi narasumber pada acara Seminar Agriculture Science Festival Award yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa (Unwar) secara daring pada Senin (2/8/2021).
“Bumbu Bali itu mengandung alkaloid, kemudian flavonoid dan fenol yang mampu menghambat mikroba, khususnya jenis jamur Aspergillus Sp. yang dapat menimbulkan keracunan dan berdampak pada potensi penyakit kanker,” kata Ayu Suardani.
Perempuan yang juga Kaprodi Ilmu Teknologi Pangan (ITP), Fakultas Pertanian. Unwar ini mengungkapkan bahwa pada dasarnya bumbu Bali mengandung senyawa bioaktif , sehingga dapat berfungsi sebagai pangan fungsional. Peran lainnya yaitu dapat berperan dalam menjaga keseimbangan metabolisme dalam tubuh.
Guna memudahkan dan mempercepat pengolahan maka diperlukan bentuk olahan yang cepat saji. Apalagi saat ini sudah diperjualbelikan secara eceran dan bentuk kemasan yang menarik.
“Dapat pula dalam bentuk kering dalam bentuk bubuk dengan kemasan sachet atau botol kemasan” ungkap Ayu Suardani.
Ayu Suardani berharap pemerintah mengimplementasikan berbagai strategi dalam upaya mendorong masyarakat kembali mengkonsumsi produk pangan tradisional yang memanfaatkan bumbu tradisional lokal dengan cara memberi dukungan pada UMKM produk pangan tradisional. Langkah sosialisasi juga penting agar tumbuh kesadaran bahwa mengkonsumsi pangan tradisional penting dalam mempertahankan kearifan lokal. Apalagi pangan tradisional mudah dijangkau dan harga relatif lebih murah.
Penulis : Humas Unwar
Editor : Oka