JAKARTA-balipuspanews.com – Pola pikir orang tua bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya angka stunting.Hal tersebut dikatakan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI Dr Hasto Wardoyo saat acara Diskusi Jurnalis Dua Mingguan dengan tema “Kolaborasi Pelayanan KB Nusantara dalam Percepatan Penurunan Stunting, di Jakarta, pada Jumat sore (22/9/2023).
Acara Diskusi Jurnalis ini terselenggara atas kerjasama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan Forum Wartawan Bangga Kencana (Forta Bangga Kencana) dan turut hadiri Tim tenaga ahli humas dan media center dokter Riyo, Kepala biro umum dan humas Victor Palimbong, Direktur bina kualitas pelayanan KB Martin Suanta dan Analis Kebijakan Madya Dadi Roswandi.
Dokter Hasto menegaskan, apabila pola pikir orangtua sudah bagus, maka meskipun perekonomian keluarga terbatas, pasti bisa memprioritaskan kebutuhan-kebutuhan yang penting, misalnya kebutuhan protein hewani anak.
“Kalau orang tua yang punya pola pikir baik maka akan sadar juga pentingnya memperhatikan makanan anak seperti telur dan ikannya dipenuhi karena pentingnya protein hewani,” kata Dokter Hasto.
Lebih lanjut ia menyampaikan angka stunting di Indonesia sekarang masih tinggi, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) masih di angka 21,6 persen, sedangkan saran dari Organisasi Kesehatan Dunia, standar prevalensi stunting harus di bawah 20 persen. Sehingga, program-program yang melibatkan seluruh unsur masyarakat terkait percepatan penurunan stunting mesti digenjot agar berhasil mencapai target sesuai arahan Presiden, yakni 14 persen di tahun 2024.
“Stunting sekarang menjadi kepentingan semua pihak. Tidak ada kepala desa yang tidak khawatir dengan stunting, karena dana desanya sudah diarahkan untuk stunting. Puskesmas juga sibuk mencari cara untuk mengelola makanan lokal dan dibagikan pada keluarga berisiko stunting,” ujarnya.
Menurut Dokter Hasto Pola pikir kawin usia muda, terlalu tua, terlalu sering hamil, dan terlalu banyak (anak) ini sekarang sedang kita hapus, karena ini kan terkait pola pikir yang termasuk faktor jauh (penanganan sensitif atau tidak langsung). Kalau faktor jauhnya bagus, maka bisa dipastikan anaknya tidak akan stunting.
Dokter Hasto mengajak kepada seluruh pemerintah daerah untuk melakukan edukasi yang masif melalui Tim Pendamping Keluarga (TPK), para kader, Generasi Berencana (Genre), tim Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), dan seluruh masyarakat hingga tingkat RT atau RW, untuk mengubah pola pikir masyarakat yang akan menjadi tolak ukur keberhasilan program percepatan penurunan stunting.
Penulis/editor : Ivan Iskandaria.