Singaraja, balipuspanews.com — Suasana duka menyelimuti kediaman Willem Siertsema (24), di Banjar Dinas Lebah, Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar Buleleng.
Pun, sejumlah warga berpakaian adat madia nampak datang silih berganti, menyampaikan rasa belasungkawanya terhadap keluarga yang ditinggalkan.
Seperti diberitakan sebelumnya, Willem sempat dikabarkan hilang saat melakukan kegiatan menembak ikan bersama dengan teman-temannya, di wilayah Dusun Nusu, Desa Sukadana, Kecamatan Kubu, Karangasem pada Senin (4/6) lalu.
Nahas setelah dilakukan pencarian, pada Selasa (5/6), pria berdarah Belanda itu ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa.
Willem meninggalkan seorang istri yang tengah hamil muda bernama Desak Nyoman Darma Yunita (23) bersama dengan anak laki-lakinya bernama Gede Gabriel (3). Ayah Willem, adalah seorang WNA asal Belanda bernama Pieter (74). Sedangkan ibunya, warga asal Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar Buleleng.
Willem dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orangtuanya di Buleleng. Sejak berumur 15 tahun, ia memang sering diajak oleh pamannya untuk melakukan aktivitas menembak ikan di laut. Sehingga kegiatan itu telah dijadikan Willem sebagai hobi.
Saat berkunjung ke rumah duka, jenazah Willem masih berada di Karangasem untuk menjalani visum. Meski demikian, rumahnya telah dipadati oleh sejumlah kerabat dan tetangganya.
Mereka nampak bahu-membahu mendirikan tenda serta membuat bale (tempat jenazah Willem disemayamkan saat tiba di rumah duka).
Jero Mangku Wayan Sutama (59) mengatakan, Willem merupakan keponakannya yang sangat baik dan ramah. Kepergiannya dengan cara yang tragis pun sontak membuat Jero Sutama terpukul.
Pasalnya, pada Minggu (3/6) sebelum maut menjemput, Willem sempat mendatangi rumah Jero Sutama untuk meminjam alat penembak ikan. Saat itu, Jero Sutama tidak memiliki firasat buruk. Ia pun meminjamkan alat penembak ikan miliknya itu kepada almarhum Willem.
“Ibunya sebenarnya sudah melarang agar Willem jangan pergi menembak ikan, karena sudah mendekati hari raya. Sepertinya saat itu dia sedang ngambul (ngambek) tapi tidak tahu ngambul kenapa, sehingga tidak mendegarkan perkataan ibunya. Dia (Willem) tetap bersikukuh untuk pergi, sampai akhirnya kami minta dia segera pulang Selasa (5/6) karena mau sembahyang ada odalan besar di Pura Gelgel Klungkung,” ungkap Jero Sutama.
Keinginan sang ibu agar putra satu-satunya itu tidak pergi melakukan aktivitas menembak ikan di Karangasem rupanya menjadi pertanda. Willem terseret arus saat menjalankan hobinya menembak ikan di perairan Dusun Nusu.
“Willem tumben menembak ikan di Karangasem. Biasanya hanya di seputaran Singaraja saja. Dia pergi ke Karangasem karena diajak oleh teman-temannya. Mungkin dia kepingin ramai dan kumpul bersama temannya. Selama ini hasil tangkapan dikonsumsi sendiri. Tidak pernah dijual. Bahkan kalau dapat lebih, ikannya dikasih ke tetangga. Anaknya memang baik sekali,” terang Jero Sutama lirih.
Hingga saat ini sebut Jero Sutama, seluruh keluarga besar belum menentukan kapan jenazah Willem akan diupacarai.
“Pasti akan diupacarai, sesuai dengan ajaran Hindu. Namun, kami masih rundingkan dengan keluarga untuk menentukan hari baik,” tutupnya.